Tidakbanyak yang tahu tentang keluarga Nabi Musa secara detil. Muncul anggapan bahwa mertua Nabi Musa adalah adalah Nabi Syuaib alaihissalam. Video Poster Dakwah kali ini akan mengupas secara tuntas apakah anggapan tersebut benar atau tidak melalui sejarah Nabi Musa dan kisah Nabi Syuaib alaihissalam yang merupakan satu dari 4 nabi dari Arab.
Kisah Nabi Musa Alaihissalam 11 Wafatnya Musa Alaihissalam Oleh DR. Firanda Andirja, Lc. MA. Di masa 40 tahun ini, wafatlah Nabi Musa Alaihissalam dan Nabi Harun AS[1]. Kemudian, kenabian berpindah kepada Yusya’ bin Nun[2], yang kemudian memimpin Bani Israil menaklukkan Palestina. Beliau adalah pemuda yang menemani Nabi Musa Alaihissalam dalam pencarian Nabi Khadhir, yang Allah ﷻ sebutkan kisahnya dalam surat Al-Kahfi[3]. وَإِذْ قَالَ مُوسَىٰ لِفَتَاهُ لَا أَبْرَحُ حَتَّىٰ أَبْلُغَ مَجْمَعَ الْبَحْرَيْنِ أَوْ أَمْضِيَ حُقُبًا “Dan ingatlah ketika Musa berkata kepada muridnya “Aku tidak akan berhenti berjalan sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan; atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun”.” QS. Al-Kahfi 60 Yusya’ bin Nun inilah yang disebutkan oleh Rasulullahﷺ dalam hadis, غَزَا نَبِيٌّ مِنَ الأَنْبِيَاءِ، فَقَالَ لِقَوْمِهِ لاَ يَتْبَعْنِي رَجُلٌ مَلَكَ بُضْعَ امْرَأَةٍ، وَهُوَ يُرِيدُ أَنْ يَبْنِيَ بِهَا؟ وَلَمَّا يَبْنِ بِهَا، وَلاَ أَحَدٌ بَنَى بُيُوتًا وَلَمْ يَرْفَعْ سُقُوفَهَا، وَلاَ أَحَدٌ اشْتَرَى غَنَمًا أَوْ خَلِفَاتٍ وَهُوَ يَنْتَظِرُ وِلاَدَهَا، فَغَزَا فَدَنَا مِنَ القَرْيَةِ صَلاَةَ العَصْرِ أَوْ قَرِيبًا مِنْ ذَلِكَ، فَقَالَ لِلشَّمْسِ إِنَّكِ مَأْمُورَةٌ وَأَنَا مَأْمُورٌ اللَّهُمَّ احْبِسْهَا عَلَيْنَا، فَحُبِسَتْ حَتَّى فَتَحَ اللَّهُ عَلَيْهِ “Salah seorang nabi pernah berperang, kemudian ia berkata kepada kaumnya Janganlah ikut serta dalam peperanganku ini seseorang lelaki yang baru saja menikah dan ia hendak berhubungan dengan istrinya itu, tidak pula seorang yang tengah membangun rumah dan belum menyelesaikan atapnya, dan tidak pula seseorang yang membeli kambing atau onta yang sedang bunting tua sedang ia menantikan kelahiran anak-anak ternaknya itu.’ Kemudian sang nabi pun berangkat perang. Ketika ia telah mendekati sebuah desa, ternyata waktu shalat Ashar telah tiba, atau sekitar waktu tersebut. Ia pun lantas berkata kepada matahari Sesungguhnya engkau dan saya adalah hamba Allah.’ Kemudian ia pun berdoa, Ya Allah! Tahanlah pergerakan matahari itu di atas kami!’ Matahari itu pun tertahan tertunda dari waktu terbenamnya, hingga Allah ﷻ memberikan kemenangan kepada sang nabi tersebut.” [4] Peperangan yang dimaksud adalah penaklukkan Palestina, dan tidak dijelaskan secara detail bagaimana penaklukkan Palestina tersebut terjadi[5]. Allah ﷻ pun memenangkan Nabi Yusya’ AS, dan Palestina pun takluk dan menyerah kepada Bani Israil. Ketika hendak memasuki Palestina, Allah ﷻ memerintahkan mereka untuk melakukan gerakan dan ucapan syukur, sebagaimana terhikayatkan dalam firman-Nya وَإِذْ قُلْنَا ادْخُلُوا هَذِهِ الْقَرْيَةَ فَكُلُوا مِنْهَا حَيْثُ شِئْتُمْ رَغَدًا وَادْخُلُوا الْبَابَ سُجَّدًا وَقُولُوا حِطَّةٌ نَغْفِرْ لَكُمْ خَطَايَاكُمْ وَسَنَزِيدُ الْمُحْسِنِينَ “Dan ingatlah, ketika Kami berfirman Masuklah kamu ke negeri ini Baitul Maqdis, dan makanlah dari hasil buminya yang banyak lagi enak di mana pun yang kamu sukai, dan masukilah pintu gerbangnya sambil bersujud, dan katakanlah Bebaskanlah kami dari dosa’, niscaya Kami ampuni kesalahan-kesalahanmu, dan kelak Kami akan menambah pemberian Kami kepada orang-orang yang berbuat baik.’” QS. Al-Baqarah 58 Yang dimaksud dengan sujud adalah ruku’[6], yaitu agar mereka memasuki Palestina dengan penuh ketundukan dan rasa syukur kepada Allahﷻ sembari mengucapkan permintaan ampunan kepadaNya[7] atas kemaksiatan yang telah mereka lakukan sehingga menyebabkan mereka dihukum tersesat selama 40 tahun. Namun, bukannya memasuk Palestina sesuai perintah Allah ﷻ, yaitu dengan ketundukan, rasa syukur, dan rasa bersalah akan dosa-dosa yang telah diperbuat, ternyata mereka malah melakukan hal yang sebaliknya, yaitu dengan memasuki Palestina sembari mendorong-dorong pantat mereka sebagai bentuk kesombongan dan pamer akan kekuatan diri, serta memelesetkan ucapan hiththah yang mengandung makna istighfar kepada Allah ﷻ dengan kata hinthah, yang berarti gandum[8]. Perhatikan bagaimana lancangnya Bani Israil mengolok-olok perintah Allahﷻ kepada mereka. Allah ﷻ berfirman فَبَدَّلَ الَّذِينَ ظَلَمُوا قَوْلًا غَيْرَ الَّذِي قِيلَ لَهُمْ فَأَنْزَلْنَا عَلَى الَّذِينَ ظَلَمُوا رِجْزًا مِنَ السَّمَاءِ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ “Lalu orang-orang yang zalim mengganti perintah dengan mengerjakan yang tidak diperintahkan kepada mereka. Sebab itu Kami timpakan atas orang-orang yang zalim itu dari langit, lantaran mereka kefasikan yang mereka perbuat.” QS. Al-Baqarah 59 Bani Israil adalah kaum yang sangat tidak beradab kepada Allah ﷻ dan para nabi dan rasul, keras kepala, serta gemar mencari-cari celah untuk menghindari perintah Allah ﷻ atau melanggar larangan-Nya. Lihatlah Taurat yang telah mereka ubah, anda akan dapati berbagai pelecehan yang mereka lakukan dalam menyifati Allahﷻ serta para nabi dan rasul, sebagaimana sebagian kecilnya telah kita sebutkan di akhir-akhir pembahasan setiap nabi. Allah ﷻ berfirman لُعِنَ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ مِنۢ بَنِيٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ عَلَىٰ لِسَانِ دَاوُۥدَ وَعِيسَى ٱبۡنِ مَرۡيَمَۚ ذَٰلِكَ بِمَا عَصَواْ وَّكَانُواْ يَعۡتَدُونَ “Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putera Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas.” QS. Al-Maidah 78 Dikisahkan pula bahwa ketika akan meninggal dunia, Nabi Musa Alaihissalam didatangi oleh Malaikat Maut yang menjelma sebagai manusia. Kisahnya disebutkan oleh Rasulullah ﷺ dalam sabdanya “Malaikat maut datang menemui Musa Alaihissalam, lalu ia berkata kepadanya Penuhilah panggilan Rabbmu!’ Lalu Musa pun menampar mata Malaikat Maut hingga ia keluar dari tempatnya. Malaikat Maut pun kembali menemui Allah ﷻ seraya berkat Engkau telah mengutusku kepada seorang hamba-Mu yang tidak menginginkan kematian, dan sungguh ia telah mencukil mataku.’ Lalu Allah pun mengembalikan mata Malaikat Maut dan berfirman Kembalilah kepada hamba-Ku dan katakan kepadanya Apakah kehidupan yang engkau inginkan? Jika engkau menginginkan kehidupan maka letakkanlah tanganmu di atas bulu sapi, maka setiap bulu yang tertutup oleh tanganmu, dengannya engkau akan mendapatkan tambahan satu tahun.’ Malaikat Maut pun kembali dan menyampaikan tawaran tersebut kepada Nabi Musa Alaihissalam. Mendengar itu, Musa pun berkata; Lalu apa setelah itu?’ Malaikat Maut menjawab Kematian.’ Musa berkata lagi Kalau begitu, segerakan sajalah!’ Musa Alaihissalam pun berdoa Ya Allah, dekatkanlah kuburku dengan tanah suci sejauh lemparan batu.’ Jika aku ada di sana sungguh akan aku tunjukkan lokasi tersebut kepada kalian, yaitu di sisi jalan dekat pasir merah.”[9] Nabi Musa Alaihissalam tidaklah mengetahui bahwa manusia tersebut adalah Malaikat Maut. Dan mata Malaikat Maut dapat terlepas, karena ketika itu ia sedang menjelma menjadi manusia, sehingga sebagian sifat fisik manusia ada padanya.[10] Demikianlah kisah Nabi Musa Alaihissalam bersama kaum yang amat ingkar dan keras kepala. Allah ﷻ mengisahkan kisah beliau Alaihissalam bersama kaumnya dalam banyak tempat dalam Al-Qur’an, agar umat Muhammad ﷺ dapat mengambil pelajaran dari mereka. Semoga Allah ﷻ menjadikan kita sebagai umat yang beradab kepada Allah ﷻ dan Rasul-Nya ﷺ. Wallaahu A’lam. Footnote _________ [1] Lihat Tafsir Ibnu Katsir 3/80 [2] Lihat Al-Bidayah wa An-Nihayah 1/359 [3] Lihat surat Al-Kahfi ayat 60. [4] HR. Bukhori no. 3124 dan Muslim no. 1747 [5] Lihat Al-Bidayah wa An-Nihayah 1/359 [6] Lihat Tafsir Ath-Thabari 2/104 [7] Lihat Tafsir Ath-Thabari 2/106 [8] Lihat Tafsir Ath-Thabari 2/115 [9] HR. Muslim no. 2372 [10] Lihat Mirqootul Mafaatiih Syarhu Misykaatul Mashoobiih 9/3648
KisahNabi Musa: Siapakah Mertua Nabi Musa alaihissalam? - Poster Dakwah Yufid TVKita sering mendengar kisah Nabi Musa as di pengajian, membaca cerita tentan
loading...Pertemuan Nabi Musa alaihissalam dengan Nabi Muhammad SAW saat Isra Miraj menyimpan hikmah dan pelajaran berharga. Foto/SINDOnews Kisah pertemuan Nabi Musa 'alaihissalam dengan Nabi Muhammad shollallahu 'alaihi wasallam saat Isra' Mi'raj sudah sering kita dengar. Peristiwa ini tidak cuma sekadar tawar menawar jumlah rakaat sholat, tetapi ada hikmah lain dari pertemuan kedua Rasul mulia ini. Dalam satu kajiannya, Gus Musa Muhammad menceritakan, saat peristiwa Isra Miraj itu Nabi Musa menyarankan Nabi Muhammad SAW supaya meminta keringanan kepada Allah terkait jumlah sholat fardhu yang pada akhirnya diringankan Allah menjadi 5 waktu sehari. Padahal Nabi Musa sudah lewat masa "dakwahnya" di dunia. Baca Juga Lalu apa sebenarnya hikmah lain di balik pertemuan itu? Nabi Musa adalah seorang Rasul bergelar Kalimullah yang juga termasuk jajaran Ulul Azmi, yakni lima Rasul berkedudukan tinggi di sisi Allah. Selain Nabi Muhammad, Nabi Musa juga diberi keistimewaan Allah untuk dapat berbincang dengan-Nya di Bukit firman Allah dalam Surat An-Nisa ayat 164وَرُسُلًا قَدۡ قَصَصۡنٰهُمۡ عَلَيۡكَ مِنۡ قَبۡلُ وَرُسُلًا لَّمۡ نَقۡصُصۡهُمۡ عَلَيۡكَ ؕ وَكَلَّمَ اللّٰهُ مُوۡسٰى تَكۡلِيۡمًاArtinya "Dan ada beberapa rasul yang telah Kami kisahkan mereka kepadamu sebelumnya dan ada beberapa rasul lain yang tidak Kami kisahkan mereka kepadamu. Dan kepada Musa, Allah berfirman langsung."Oleh karena mukjizat luar biasa ini, Nabi Musa sangat ingin mendengar kalimat dari Dzat yang sangat dicintainya. Beliau pun mempersiapkan batin yang suci, salah satunya dengan berpuasa selama 40 hari berturut-turut. Hingga pada akhirnya, terjadilah momen luar biasa kala itu diabadikan dalam Al-Qur'an"Dan ketika Musa datang untuk munajat pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman langsung kepadanya, Musa berkata, "Ya Tuhanku, tampakkanlah diri-Mu kepadaku agar aku dapat melihat Engkau." Allah berfirman, "Engkau tidak akan sanggup melihat-Ku, namun lihatlah ke gunung itu, jika ia tetap di tempatnya sebagai sediakala niscaya engkau dapat melihat-Ku." Maka ketika Tuhannya menampakkan keagungan-Nya kepada gunung itu, gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Setelah Musa sadar, dia berkata, "Mahasuci Engkau, aku bertobat kepada Engkau dan aku adalah orang yang pertama-tama beriman." QS Al-A'raf ayat 143Selayaknya kekasih, tidak hanya ingin berbincang, Nabi Musa juga ingin melihat Dzat Allah secara langsung, sebagaimana yang diabadikan dalam Al-Qur'an "Ya Tuhanku nampakkan diri Engkau agar aku dapat melihat-Mu". Namun permohonan itu dijawab oleh Allah "Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku. Tapi lihatlah ke gunung itu, jika ia tetap di tempatnya, niscaya kamu dapat melihat-Ku."Gus Musa Muhammad menerangkan, sebagian ulama menafsirkan, kala itu hijab antara Dzat Allah dan Nabi Musa berjumlah hijab. Namun, hanya satu dari keseluruhan hijab yang pada akhirnya dibuka oleh Allah dan dipantulkan pada sebuah gunung yang kokoh untuk menuruti permohonan Nabi Musa. Gunung tersebut luluh lantak dan Nabi Musa pun terjatuh hingga pingsan. Setelah sadar, Nabi Musa pun bertaubat atas permohonannya itu serta menyucikan nama-Nya. Kegagalan Nabi Musa memandang dan mendapatkan Nur illahi itu membuatnya semakin berhasrat ingin mendapatkannya di lain inilah yang kemudian menyebabkan Nabi Musa selalu menghadang Nabi Muhammad SAW saat Isra' Mi'raj sesaat setelah menemui Allah. Nabi Musa mengajukan permohonan agar Nabi Muhammad kembali untuk meminta keringanan sholat wajib kepada itu sebenarnya bukan sekadar aktivitas tawar-menawar semata. Namun, sejatinya Nabi Musa ingin mendapat Nur cahaya Allah yang gagal didapatkannya dahulu. Sebab, sesaat setelah menemui Allah, Nur cahaya Allah membekas pada diri Nabi Muhammad SAW yang dibawanya turun. Berulang kali Nabi Musa bertemu Nabi Muhammad ternyata punya alasan. Nabi Musa ingin mendapatkan lebih banyak lagi Nur Allah berikut Gus Musa Muhammad, para Nabi merupakan orang-orang pilihan Allah yang segala tindakannya memiliki hikmah, yang tidak dapat dinalar oleh manusia pada umumnya. Kisah pertemuan Nabi Musa dan Nabi Muhammad SAW ini membuka pikiran kita bahwa peristiwa itu sebenarnya bukan sekedar tawar-menawar jumlah sholat fardhu, namun ada rahasia hikmah di antara pesan moralnya adalah kebolehan dan anjuran untuk mengambil berkah dari orang-orang saleh. Sebab, di dalam diri mereka tersimpan cahaya kebaikan yang selalu dibawanya dan akan menyinari hati orang-orang yang menginginkannya. Sekelas Nabi Musa saja senang bertemu dan ingin berlama-lama dengan Baginda Nabi Muhammad SAW yang mulia, bagaimana dengan kita umatnya yang belum pernah sama sekali bertemu beliau. Semoga Allah menghidupkan batin kita agar menjadi hamba yang As-Showi Ala Al-Jalalain Baca Juga Wallahu A'lam rhs
Kisahperjumpaan Nabi Musa dengan Putri Nabi Syuaib terbilang unik. Awalnya, Nabi musa adalah seorang pelarian dari negeri Mesir karena ia dikejar-kejar oleh tentara firaun. Dalam pelarian tersebut musa sempat berdoa sebanyak tiga kali, doa pertama yang ia ucapkan "Ya Rabbku! Selamatkanlah aku dari orang-orang yang zalim itu yaitu, kaum Firaun".
JAKARTA- Berikut ini merupakan kisah yang diriwayatkan dari Ka'ab al-Ahbar. Suatu kali, dia menjumpai seorang pendeta Yahudi keluar rumah dalam keadaan menangis. “Mengapa engkau menangis?” tanya Ka'ab kepadanya. Awalnya, pendeta itu enggan mengungkapkan alasannya berurai air mata. Namun, setelah Ka'ab berupaya meyakinkan lelaki itu, sang ahli agama Yahudi tersebut menjelaskan keadaan dirinya. Pendeta itu ternyata ingat suatu kisah yang dialami Nabi Musa AS tatkala sedang membaca Taurat. Pemimpin Bani Israil itu kemudian menyampaikan permintaannya kepada Allah SWT, “Ya Tuhanku, aku mendapatkan dalam alwaah, terdapat suatu umat yang bisa memberikan syafaat dan syafaat mereka akan diterima. Ku mohon jadikanlah mereka itu umatku.” “Mereka adalah umat Muhammad shalallahu 'alaihi wasallam,” jawab Allah SWT. “Wahai Tuhanku, aku juga mendapatkan dalam alwaah, terdapat umat yang mereka dapat menebus dosa dengan cukup melaksanakan sholat lima waktu. Kumohon, jadikanlah mereka itu umatku,” Nabi Musa AS bermohon. “Mereka adalah umat Muhammad shalallahu 'alaihi wasallam,” jawab Allah Ta'ala. “Wahai Tuhanku, aku juga mendapatkan dalam alwaah, ada umat yang akan membasmi kesesatan, sampai-sampai mereka akan membunuh Dajjal, si yang bermata satu. Jadikanlah mereka umatku,” pinta Nabi Musa AS. “Mereka adalah umat Muhammad shalallahu 'alaihi wasallam,” jawab Allah kemudian. Demikianlah. Nabi Musa AS terus-menerus memohon dan memin ta. Berturut-turut disebutkannya tentang sifat suatu umat yang gemar bersuci dengan air dan tanah; umat yang boleh menerima harta rampasan perang. Padahal, dalam syariat Nabi Musa, harta ghanimah mesti dikumpulkan untuk kemudian turun api dari langit untuk membakarnya. Begitu pula, Nabi Musa terkesan lantaran Taurat mengabarkan adanya umat yang mengalami pelipatgandaan pahala. Taurat menjelaskan secara terperinci. Bila menjadi bagian dari umat itu, seseorang yang baru berniat mengerjakan kebaikan belum sampai melaksanakannya maka niatnya itu akan dicatat malaikat sebagai satu pahala kebaikan. Bila niat baik itu dilaksanakan, maka pahala bagi orang itu menjadi 10 hingga 700 kali lipat atau bahkan lebih. Kalau orang tadi berniat kejahatan, maka tidak ditulis apa-apa baginya. Jika niat jahat itu dilakukan, maka malaikat mencatat untuknya hanya satu kejahatan. Maka, Nabi Musa AS kembali memohon kepada Rabbnya. “Jadikanlah mereka yang demikian itu umatku,” kata beliau. Akan tetapi, jawaban yang datang kepadanya tetap sama yaitu yang memperoleh keistimewaan itu adalah umat Nabi Muhammad SAW. Nabi Musa AS kembali mendapati informasi dari Taurat. Betapa istimewanya umat Rasulullah SAW. Misalnya, sebanyak 70 ribu orang di antara mereka akan masuk surga tanpa melalui hisab. Baca juga Dulu Anggap Islam Agama Alien, Ini yang Yakinkan Mualaf Chris Skellorn Malah Bersyahadat Kemudian, mereka seluruhnya disebut Allah SWT sebagai sebaik-baik umat karena menyuruh pada kebaikan dan mencegah kemungkaran amr ma'ruf nahi munkar. Padahal, umat Nabi Muhammad SAW muncul paling akhir, yakni menjelang Hari Kiamat. Bagaimanapun, mereka kelak di akhirat justru masuk surga paling awal dibandingkan umat-umat lain yang beriman kepada Allah SWT. Mereka juga dimampukan untuk menghafal Kitab-Nya di dalam dada serta gemar membacanya. Nabi Musa AS kemudian berkata, “Ya Allah, ingin sekali aku menjadi umatnya Muhammad SAW.” Maka Allah berfirman kepadanya, “Wahai Musa, Aku telah memilih engkau dan segenap manusia untuk menerima risalah-Ku dan firman- Ku. Maka, terimalah apa yang telah Aku beri kepadamu. Jadikanlah dirimu termasuk orang-orang yang bersyukur.” sumber Harian Republika
. 107 372 301 216 37 117 319 224
mertua nabi musa alaihissalam adalah nabi