PembagianMubtada. Imam ibnu Aqil dalam kitabnya "Alfiyah ibnu Aqil" menjelaskan bahwa mubtada dibagi menjadi dua macam, yaitu mubtada khobar dan mubtada sadda masadda al-khobar. Mubtada khobar adalah setiap mubtada yang memiliki isim sebagai khobarnya, seperti penjelasan pada bab sebelumnya.
Oleh Ahmad Anwar Nasihin Menghafal Alfiyah ibnu Malik itu tidak mudah jang… Siapapun orangnya, yang menghafal Kitab Alfiyah jangan merasa takabur atau sombong dengan hafalannya. Bisa jadi hafalannya hilang dan tidak akan selesai sampai akhir bait. Sampai ada slogan di pesantren untuk kalangan para santri pemuda yang hebat adalah pemuda yang mampu menghafal dan memahami Alfiyah. Santri putri akan lebih tertarik kepada santri putra yang mampu menghafal kitab Alfiyah 1000 Bait. Bahkan sebelum trending mahar hafalan qur’an, mahar hafal Alfiyah lebih trending lebih dulu di kalangan pesantren. Tetapi jangan salah. Tantangan kedua dalam menghafal Alfiyah adalah godaan perempuan. Biasanya santri belum hafal dan belum faham tiba tiba ia ingin menikah. Akhirnya santri itu keburu sibuk dengan urusan rumah tangganya. Perlu diketahui bahwa Ibnu Malik dengan isim karimnya Muhammad bin Abdullah bin Malik ath-Tha'i al-Jayyani atau lebih dikenal dengan isim laqobnya Ibnu Malik adalah seorang pemuda yang mampu mengarang Kitab Alfiyah dengan perpaduan sastra arab dan teori grametika bahasa Arab. Ini sangat keren sekali karena di usia muda ia mampu mencetuskan pemikiran teori Bahasa Arab melalui kitab Alfiyah, yang ia susun di negara yang bukan jazirah Arab yaitu Andalusia, Spanyol. Disebut Alfiyah, karena terdiri dari 1000 satar, adapun satar, adalah setengah bagian dari satu bait. Nadzom Alfiyah Ibnu Malik, sebuah karya yang sangat fenomenal, yang tidak akan pernah terhapus dalam khazanah intelektual pesantren, khususnya pesantren salaf. Kitab ini berisi kaidah-kaidah gramatika bahasa Arab, seputar nahwu shorof. Di antara keunikan dari kitab ini adalah penempatan kata-kata dan contoh dalam nadzom yang tidak sembarangan, melainkan mempunyai maksud dan isyaroh tersendiri kalam-kalam hikmah, falsafah dan nasihat hidup. Syaikhuna Kholil Bangkalan Madura—yang diyakini sebagai yang membawa dan mula mengajarkan Alfiyah-apabila ada pertanyaan dari masyarakat, baik itu masalah seputar ilmu fiqih ataupun permasalahan hidup lainnya, beliau sering menjawabnya dengan nadzhom bait Alfiyah yang penuh dengan filsafat. Suatu ketika, ada pertanyaan yang diajukan kepada Mbah Kholil mengenai bagaimana hukumnya jika satu desa terdapat dua sholat jumat? Maka beliau menjawabnya langsung dengan nadzhom Alfiyah وَفِى اخْتِيَارِ لَا يَجِيْئُ الْـمُنْفَصِلُ إِذَا اَتَى أَنْ يَجِيْئَ الْـمُتَّصِلُ “Dalam keadaan ikhtiar tidak sulit berkumpul, tidak boleh terpisah dengan melakukan jum’atan lebih dari satu, ketika berkumpul menjadi satu itu masih memungkinkan”. Di tangan yang hafal dan memahaminya, Alfiyah bukan sekedar rumus-rumus gramatika bahasa arab tetapi juga menjadi bait-bait yang berisi kebijaksanaan dan bahkan strategi. مَنْ تَبَحَّرَ فِى عِلْمٍ وَاحِدٍ تَبَحَّرَ جَمِيْعَ الْعُلُوْمِ “Barang siapa yang tabahur menguasai secara mendetail dan mendalam layaknya lautan terhadap suatu ilmu nahwu shorof, maka orang itu akan mampu tabahur pada semua ilmu”. Saya ketika di pesantren pernah mendengar guru saya membacakan Syair tentang pentingnya belajar ilmu nahwu من طلب العلوم بغير نحو كالعبور البحر بدون القارب “Jalma nyuprih elmuna teu make nahwu cara mentas laut teu make parahu” Ia tidak akan sampai kepada tujuannya, karena ia tidak menggunakan sarana atau alat untuk menyeberang lautan tersebut. Begitupun orang belajar ilmu tafsir dan hadits, ia tidak akan bisa mendalaminya apabila tidak belajar Ilmu nahwu dan shorofnya. Motivasi kepada para santri agar jangan kecil harapan dalam menuntut ilmu, ia harus tinggi dalam cita citanya dan rendah diri Tawadlu, dalam kehidupannya, seringkali dinukil dari bait فَارْفَعْ بِضَمِّ وَانْصِبَنْ فَتْحَا وَجُرّ كَسْرًا كَذِكْرُ اللهِ عَبْدَهُ يَسُرْ “Bercita-citalah setinggi langit, dan berteriaklah yang mulia, serta rendahkan hatimu. Insya Alloh dirimu akan mendapat kemudahan serta kebahagiaan dan mati dengan khusnul khotimah” Amin. Tantangan seberat apapun bisa dilewati dengan baik, apabila kita ada kemauan dan kesemangatan dalam mengkaji Kitab Alfiyah, karena biasanya orang yang hafal kitab Alfiyah akan mempunyai keunikan dan daya tarik tersendiri. Walaupun dia hidup di hutan belantara orang itu akan tetap dikenal dan diketahui oleh ratusan bahkan ribuan manusia. Ibarat intan berlian tenggelam di dalam lumpur, tetap akan kelihatan walapun sudah terkubur dengan lumpur. Inilah uniknya orang yang mempunyai pemahaman dan hafalan kitab Alfiyah. Tetapi hafal bait-bait alfiyah jangan kemudian sombong. Tentang hal ini, Ibnu Malik sudah mengingatkan dalam tambahan 2 bait di bagian mukadimah yang pada awalnya tidak masuk dalam rencana وهو بسبق حائز تفضيلا مستوجب ثنائي الجميلا Dan dia Imam Ibnu Mu’thiy memang lebih dahulu dan mendapatkan keunggulan. Dia juga pantas mendapatkan pujian legitimasi yang sangat baik dariku. والله يقضي بهبات وافرة لي وله في درجات الآخرة Semoga Allah memberikan anugerah yang sempurna untukku dan juga beliau dalam derajat yang tinggi di akhirat kelak. Dua bait di atas sengaja ditambahkan sebagai bentuk apresiasi kepada gurunya setalah pengalaman hilangnya hafalan Ibnu Malik karena merasa sudah mengungguli gurunya, sebagaimana dalam bait ke lima, bagian satar ke-sepuluh yang berbunyi وتَقتضِى رضًا بغير سخطٍ فائقةً ألفيّةً ابن معطى Dan kitab Alfiyah itu akan menarik keridhoan yang tanpa didasari kemarahan Dan kitab Alfiyah ini lebih unggul dari kitab Alfiyahnya Ibnu Mu’thiy. Begitulah, dalam kegelisahan karena mandeg, Ibnu Malik bermimpi bertemu gurunya yang kemudian membimbingnya melanjutkan bait-bait. Setelah terjaga, Ibnu Malik sadar lalu berziarah ke gurunya kemudian mengalirlah bait-bait Alfiyah sampai 1000 bait termasuk dua bait dalam muqodimah di atas. Terakhir, hafalan Alfiyah itu sendiri lebih cepat hilang dibanding al-Qu’ran apabila si penghafalnya berbuat maksiat. Dan juga orang yang hafal Alfiyah itu derajatnya akan tinggi dan selalu mendapatkan kemuliaan baik dari mahluk atau dari sang pencipta. Wallahu a’lam. Penulis adalah pengasuh Pondok Pesantren Roudlotut Tarbiyah Liung Gunung Plered/ Katib Syuriah PCNU Purwakarta

PembahasanAlfiyah Ibnu Malik ke 69 oleh Kh. Abdul Haris Jember, dengan Metode Al Bidayah. Semoga catatan ini bisa memberikan bekas terhadap tersebarnya apa yang pak kyai sampaikan lewat video2nya yang sangat menarik untuk kita perhatikan, kita pahami, dan diikuti kajianya. Semoga bermanfaat juga, untuk kalian semua. Bait Nadzom 212-216

Tuban Bicara - Siapa yang tidak menengal dengan Kitab Al-Fiyah Ibnu Malik, tentu diantara kalian banyak yang mengetahui, apalagi yang pernah belajar di Pondok Pesantren. Dalam pandangan para Ulama’ mengakui Alfiyah Ibnu Malik merupakan karya yang terbaik dan teringkas bahkan terunggul dibidang ilmu nahwu. Deretan bait ilmu nahwu yang dia lantunkan, apabila dicermati terdapat kandungan kalam-kalam yang penuh hikmah, falsafah dan nasehat yang mampu menyentuh ruh atau jiwa hingga mendasara kedalam kalbu. Imam Ghozali berpendapat bahwa Alfiyah Ibnu Malik bukan merupakan kitab yang berisi fan ilmu agama. Alfiyah akan menjadi kitab fan ilmu agama apabila digunakan sebagai alat untuk membaca kitab-kitab agama, apabila tidak, maka kitab Alfiyah Ibnu Malik berisi beberapa fan ke-ilmu-an. Baca Juga Karya Puisi Nizar Qabbani Penyair dari Arab Tulisan ini mencoba mengupas makna yang tersirat dari bai-bait syair Alfiyah Ibnu Malik yang didalamnya terdapat arti kiasan berupa kalam hikmah, falsafah dan nasehat kehidupan................................................................................. وَكُلُّ حَرْفٍ مُسْتَحِقُّ لِلْبِنَا ۝ وَاْلأَصْلُ فِى الْـمَبْنِى أَنْ يُسَكَّنَ “Setiap individu hendaklah memilikijiwa yang kokoh, berpegang teguh pada pada hakekatnya keteguhan seseorang tergantung pada keistiqomahan hati, karena banyak plin-plan merupakan ciri konyol” كَالْيَاءِ وَالْكَافِ مِنِ ابْنِى أَكْرَمَكَ ۝ وَالْيَاءِ وَالْهَا مِنْ سَلِيْهِ مَا مَلَكَ “Jadilah istri yang menerima adanya keadaan suami, mintalah yang ia miliki, dan didiklah anakmu sopan santun serta budi pekerti yang mulia, niscaya anakmu akan memuliakan dirimu” Baca Juga Karya Puisi Sujiwo Tejo Lautan Tangis
Afwanustadz, , kalo masalah kitab yg menerangkan ttg hikmah dan rahasia2 bait alfiyah saya belum menemukan ustadz, ini semua saya tulis dari pelajaran yang guru ssaya sampaikan di pondok, tapi ada kitab kecil yang menerangkan tentang filosofi nahwu namanya kitab "جاء زيد" kitabnya unik ustadz, salah satu pembahasan yg ada di dlam kitab
Pendahuluan Pengarang مُقَدِّمَةُ المُؤَلِّفِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحَيمdengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayangقَالَ مُحَمَّدٌ هُوَ ابنُ مَالِكِ ۞ أَحْمَدُ رَبِّي اللهَ خَيْرَ مَالِكِMuhammad alias ibnu Malik berkata, aku memuji tuhanku yaitu Allah sebaik-baik rajaمُصَلِّيًا عَلَى النَّبِّي المُصْطَفَى ۞ وَآلِهِ المُسْتَكْمِلِينَ الشَّرَفَاseraya berselawat atas nabi terpilih dan untuk keluarganya yang menyempurnakan kemuliaanوَأَسْتَعْينُ للهَ فِي أَلْفِيّة ۞ مَقَاصِدُ النَّحْوِ بِهَا مَحْوِيَّةaku memohon pertolongan Allah dalam menyusun kitab Alfiyah ini. Di dalamnya terkandung penjelasan yang dimaksud ilmu nahwuتُقَرِّبُ الأَقْصَى بِلَفْظٍ مُوجَزِ ۞ وَتَبْسُطُ البَذْلَ بِوَعْدٍ مُنْجَزِMendekatkan yang jauh dengan ungkapan yang diringkas, Memberi pemberian dengan janji yang terlaksanaوَتَقْتَضِي رِضًا بِغَيْرِ سُخْطٍ ۞ فَائِقَةً أَلْفِيَّةَ ابنُ مُعْطِيMengharap rido tanpa kebencian, seraya mengungguli Alfiyah ibnu Mu’thiوَهُوَ بِسَبْقٍ حَائِزٌ تَفْضِيلاً ۞ مُسْتَوْجٌِب ثَنَائِيَ الجَمِيلاSebab dahulu beliau memperoleh keutamaan, yang berhak pujian baikkuوَاللهُ يَقْضِي بِهِبَاتٍ وَافِرَة ۞ لِي وَلَهُ فِي دَرَجَاتِ الآخِرَةSemoga Allah memastikan pahala yang berlimpa bagiku dan baginya di kedudukan akhirat Kalam dan sesuatu yang terbentuk darinya الكَلاَمُ وَمَا يَتَأَلَّفُ مِنْهُ كَلَامُنَا لَفْظٌ مُفِيدٌ كَاسْتَقِم ۞ وَاسْمٌ وَفِعْلٌ ثُمَّّ حَرْفٌ الكَلِمKalam menurut istilah kami ialah lafadz yang bermakna lengkap seperi istaqim luruslah. Dan kalim ialah isim , fiil dan hurufوَاحِدُهُ كَلِمَةٌ وَالقَوْلُ عَمّ ۞ وَكِلْمَةٌ بِهَا كَلاَمٌ قَدْ يُؤَمBentuk tunggal kalim ialah kalimat, qoul itu umum, terkadang yang dimaksud kalimah sama dengan kalamبِالجَرّ وَالتَّنْوِينِ وَالنِّدَا وَآلْ ۞ وَمُسْنَدٍ لِلاسْمِ تَمْيِيزٌ حَصَلDengan jar, tanwin, nida, al dan musnad sism dapat dibedakan dari lainyaبِتَا فَعَلْتَ وَأَتَتْ وَيَا افْعَلِي ۞ وَنُونِ أَقْبِلَنّ فِعْلٌ يَنْجَلِيDengan huruf ta’ pada lafadz fa’alta dan atat, huruf ya pada lafadz yaf’ali dan nun pada lafaz aqbilanna fi’il tampak jelasسِوَاهُمَا الحَرُْف كَهَلْ وَفِي وَلَم ۞ فِعْلٌ مُضَارِعُ يَلِي لَمْ كَيَشَمْSelain isim dan fi’il ialah huruf, seperti hal, fi, dan lam. fi’il mudhori ialah yang jatuh sesudah lam, seperti lam yasyamوَمَاضِيَ الأَفْعَالِ بِالتَّا مِزْ ، وَسِم ۞ بِالنُّونِ فِعْلَ الأمرِ إنْ أَمْرٌ فُهِمBedakanlah fiil madhi dengan ta’. dan tandailah fi’il amar dengan nun, bila mengandung arti perintahوَالأَمْرُ إنْ لَمْ يَكُ لِلنُّونِ مَحَلْ ۞ فِيهِ فَهُوَ اسمٌ نَحْوُ صَهْ وَحَيَّهَلkalimat bermakna amr apabila tidak menerima nun taukid adalah isim isim fi’il, seperti lafz shah dan hayyahal Mu'rob dan Mabni المُعْرَبُ وَالمَبْنِي وَالاسْمُ مِنْهُ مُعْرَبٌ وَمَبْنِي ۞ لِشَبَهٍ مِنَ الحُرُوفِ مُدْنِيsebagian isim ada yang mu’rab dan yang mabni karena keserupaan yang dekat dengan hurufكَالشَّبَهِ الوَضْعِيِّ فِي اسْمَي جِئْتَنَا ۞ وَالمَعْنَوِيّ فِي مَتَى وَفِي هُناSeperti keserupaan wadh’i peletakan seperti dua isim pada lafaz ji’tana, dan keserupaan maknawi makna pada lafaz mata dan hunaوَكَنِيَابَةٍ عَنْ الفِعْلِ بِلاَ ۞ تَأَثُّرٍوَكَافْتِقَارٍ أُصّلاdan keserupaan gantian dari fi’il tanpa terpegaruh amil, dan keserupaan membutuhkan yang lainوَمُعْرَبِ الأسْمَاءِ مَا قَدْ سَلِمَا ۞ مِنْ شَبَهِ الحَرْفِ كَأَرْضٍ وَسُمَاisim mu’rab ialah isim yang terbebas dari keserupaan dengan huruf, seperti ardin dan sumaوَفِعْلُ أَمْرٍ وَمُضِيِّ بُنِيَا ۞ وَأَعْرَبُوا مُضَارِعًا إنْ عَرِيَامِنْ نُونِ تَوْكِيدٍ مُبَاشِرٍ وَمِنْ ۞ نُونِ إِنَاثٍ كَيَرُعْنَ مَنْ فُتِن fi’il amar dan fi’il madhi itu di mabnikan, dan orang arab mengirobi fi’il mudhori apabila bebas dari nun taukid mubasyir, dan dari nun inas seperti yaru’na man futinوَكُلُّ حَرْفٍ مُسْتَحِقٌّ لِلْبِنَا ۞ وَالأَصْلُ فِي المَبْنِيِّ أَنْ يُسَكَّنَاsemua huruf berhak untuk mabni, yang asal dalam mabni ialah sukunوَمِنْهُ ذُو فَتْحٍ وَذُو كَسْرٍ وَضَمْ ۞ كَأَيْنَ أَمْسِ حَيْثُ وَالسَّاكِنُ كَمْdiantara mabni itu ada yang fathah, kasrah dan dlomah, seperti aina amsi, dan yang sukun seperti kamوالرّفع والنّصب اجعلن اعرابا ۞ لاسم وفعل نحو لن أهاباjadikanlah rora; dan nasab sebagai alamat irrab ragi imim dan fiil seperti lalfalln lan ahhabaوالاسم قد خصّص بالجرّ كما ۞ قد خصّص الفعل بأن ينجزماisim di khusus kan utuk jer, seperti halnya fi;il dihususkan hendaknya dijazemkanفارفع بضمّ وانصبن فتحا وجرّ ۞ كسرا كذكر الله عبده يسر واجزم بتسكين وغير ما ذكر ۞ ينوب نحو جاأخو بني نمرrofa’kan dengan dlomma nasobkan denga fathan jerkan denga kasroh dan jazemkan dengan sukun , seperti contoh dzikrullah abdahu yasur. selain yang telah disebutkna itu mengganti seperti ja’a akhu bani namir saudara bani namir telah datangوارفع بواو وانصبنّ بالألف ۞ واجرر بياء ما من الأسماء أصفrofa’kan dengan wawu nashobkan dengan alin jerkan denga ya’ isim isim yang akan aku sifatiمن ذاك ذو إن صحبة أبانا ۞ والفم حيث الميم منه باناdi antara isim ismi itu dzu jika menjelaskan makna suhbah, dan famu jika mim terpisah darinyaأبٌ أخٌ حمٌ كذاك وهن ۞ والنّقص في هذا الأخير أحسنabun, akhun, hamun dan dan hanu itu seprti dzu dan famu, irob naqos di inilah akhir itu bagusوفي أبٍ وتالييه يندر ۞ وقصرها من نقصهنّ أشهرdan di abun dan dua yang mengiringi abun i’rob naqos itu langkaوشرط ذا الاعراب إن يضفن لا ۞ للياكجا أخو أبيك ذا اعتلاsyarat itob ini itu hendaknya dimudlofkan kepada selain ya’ seperti ja akhu abika dza itila saudara ayahmu datang yang mempunyai keluhuranبالألف ارفع المثنّى وكلا ۞ إذا بمضمرٍ مضافا وصلا كلتاdenga alif rafa’kan isim tasniyah, dan kila juga kilta jika disambung dengan dlomir seraya dimudlofkan كذاك اثنان واثنتان ۞ كابنين وابنتين يجريانbgitu juga isnani dan isnatani, yang berlaku seperti ibnaini dan ibnatainiوتخلف اليا في جميعها الألف ۞ جرّا ونصباً بعد فتحٍ قد ألفalif mengganti ya’ di semuanya dalam keadaan jer dan nasob, yang terbiasa jatuh setelah alifوارفع بواوٍ وبيا واجرر وانصب ۞ سالم جمع عامرٍ ومذنب وشبه ذين وبه عشرونا ۞ وبابه ألحق والأهلوناأولو وعالمون علّيّونا ۞ وأرضون شذّ والسّنوناوبابه ومثل حين ٍ قد يرد ۞ ذا الباب وهو عند قوم يطرّدrafa’kan dengan wawu dan jer dan nashobkan dengan ya’ salimnya jama’nya lafadz amir dan mudznib dan yang menyerupai keduanyaونون مجموع ٍ وما به ألتحق ۞ فافتح وقلّ من بكسره نطقnun jama’ dan yang sama dengan jama’ maka fathallah, dan sedikit orang yang mengucapkan dengan kasrahونون ما ثنّي والملحق به ۞ بعكس ذاك استعملوه فانتبهdan nun kalimat yang di tasniyahkan dan yang diserupakan dengan tasniyah itu orang arab menggunakan kebalikan nun jama’, maka وألف قد جمعا ۞ يكسر في الجرّ وفي النّصب معاkalimat yang dijama’kan dengan alif dan ta’ itu dikasroh ketika jer dan nashabكذا أولات والذي اسماً قد جعل ۞ كأذرعات فيه ذا أيضاً قبلbegitu juga ulatun dan kalimat yang dijadikan isim seperti adzriatوجرّ بالفتحة ما لا ينصرف ۞ ما لم يضف أو يك بعد أل ردفdan jerkan dengan fathah isim yang tidak menerima tanwin, selama tidak di mudlofkan atau jatuh setelah alواجعل لنحو يفعلان النّونا ۞ رفعا وتدعين وتسألوناjadikan nun bagi umpama kalimat yafalani tadiina dan tasaluna ketika rofa’وحذفها للجزم والنّصب سمه ۞ كلم تكوني لترومي مظلمهpembuangan nun ketika jazen dan nashob itu jadi alamat , seperti lam takuni li tarumi madzlamahوسمّ معتلا ً من الأسماء ما ۞ كالمصطفى والمرتقى مكارماnamakan mu’tal isim isim yang seperti musthofa dan murtaqiفالأوّل الإعراب فيه قدّرا ۞ جميعه وهو الذي قد قصراyang pertama itu i’robnya semuaya di kira-kirakan , i’rob itu i’rob yang di qhosor والثاني منقوصّ ونصبه ظهر ۞ ورفعه ينوي كذا أيضا يجرyang kedua itu manqus, nashobnya jelas, rofa’nya dikira-kirakan , begitu juga di jerkanوأيّ فعل آخرّ منه ألف ۞ أو واو او ياءّ فمعتلا ًّ عرفapapun fi’il yang akhinya alif atau wawu atau ya’ maka di sebut mu’talفالألف انو فيه غير الجزم ۞ وأبد نصب ما كيدعو يرمي والرفع فيهما انوواحذف جازما ۞ ثلاثهنّ تقض حكما لازماalif kira kirakan dalam fi’il selain jazem, dan jelaskan nshobnya yad’u dan yarmi, dan rofak kira-kirakan di keduanya, dan buanglah ketiganya ketika jazem, maka kamu melakukan hukum yang wajib Nakiroh dan Ma'rifat النكرة والمعرفة نكرة قابل أل مؤثرا ۞ أو واقعّ موقع ما قد ذكراnakirah adalah isim yang menerima al yang memberi bekas, atau menempati tempat isim yg telah disebutوغيره معرفة كهم وذي ۞ وهند وابني والغلام والذيselain nakirah adalah ma’rifat seperti hum, dzi, hind, ibni , al ghulam dan alladziفما لذي غيبة أو حضور ۞ كأنت وهو سمّ بالضّميرisim yang untuk makna ghoib dan hadir seperti anta dan huwa sebutlah dlomirوذو اتصال منه ما لا يبتدا ۞ ولا يلي إلا اختيارا أبداdlomir muttasil itu dlomir yang tidak dapat dipermula’an dan selamanya tidak jatuh selah illa dalam keadaan biasa كالياء والكاف من ابني أكرمك ۞ والياء والها من سلييه ما ملكseperti ya’ dan kaf dari ibni akromak , dan ya’ dan ha’ dari salihi ma malakوكلّ مضمر له البنا يجب ۞ ولفظ ما جرّ كلفظ ما نصبsetiap dlomir wajib mabni, lafadz yang di jer kan itu seperti yang di nashobkanللرّفع والنّصب وجرّنا صلح ۞ كاعرف بنا فإننا نلنا المنحNa itu dapt untuk rofa’ dan nashob, seperti contoh i’rif bina fainna nilna minahوألف ّ والواو والنون لما ۞ غاب وغيره كقاما واعلماalif wawu dan nun itu untuk ghoib dan selain ghoib seperti qoma dan i’lamaومن ضمير الرّفع ما يستتر ۞ كافعل أوافق نغتبط إذ تشكرdi antara dlomir rofa’ adan yang mustatir, seperti if’al uwafiq naghtabi dan idz tasykuruوذو إرتفاع وانفصال أنا هو ۞ وأنت والفروع لا تشتبهdlomir rofan dan munfasil adalah ana huwa anta, dan cabang-cabang tidak serupaوذو انتصاب في انفصال جعلا ۞ إيّاي والتفريع ليس مشكلاdlomir nashob di munfasil di jadikan iyaya , dan pencabangan tidak musykilوفي اختيار لا يجيء المنفصل ۞ إذ تأتّى أن يجئ المتصلdalam keadaan bisa memilih dlomir munfasil tidak boleh datang , jika mungkin kedatangan muttasilوصل أو افصل هاء سلنيه وما ۞ أشبهه في كنته الخلف أنتميsambung atau pisah kan ha’ lafadz salnihi dan yang menyerupainya, dalam kuntuhu terjadi khilafكذاك خلتنيه واتصالا ۞ أختار غيري اختار الانفصالاbegitu jugak khiltanihi, saya memilih sambung , selain saya memilih pisahوقدّم الأخصّ في اتصال ۞ وقدّمن ما شئت في اتفصالdahuluan yang lebih khusus ketika sambung , dan dahulukan yang kau suka ketika pisahوفي اتحاد الرتبة الزم فصلا ۞ وقد يبيح الغيب فيه وصلاdalam tunggalnya derajat wajibkan pisah, dan terkadang dlomir ghoib diperbolehkan sambungوقبل يا النّفس مع الفعل التزم ۞ نون وقاية وليسي قد نظمsebelum ya’ nafsi yang besama fi’il tetapkanlah nun wiqoyah, lafadz laisi itu di nadzomkanوليتني فشا وليتي ندرا ۞ ومع لعلّ اعكس وكن مخيّرا في الباقيات واضطرارا خفّفا ۞ منّي وعنّي بعض من قد سلفاlaitani itu mashur, laiti itu jarang, bersama la’allah baliklah,dan jadilah orang yang memilih di sisanya,dalam keadaan dlorurat sebagian orang salam meringankan minni dan anniوفي لدنّي لدني قلّ وفي ۞ قدني وقطني الحذف أيضا قد يفيdalam ladunni laduni itu sedikit, dalam qodni dan qothni pembuangan juga terjadi Isim Isyaroh اسم الإشاره بذا لمفرد مذكّر أشر ۞ بذي وذه تي تا على الأنثى اقتصرisyaroh lah dengan dza untuk mufrod mudzakkar, pakailah dzi dzih ti ta untuk muannasوذان تان للمثنّى المرتفع ۞ وفي سواه ذين تين اذكر تطعdzani tani utuk tasniyah yg rofa’ , dan di selain rafa’ sebutlah dzaini juga tainiوبأولى أشر لجمع مطلقا ۞ والمدّ أولى ولدى البعد انطقا بالكاف حرفا دون لام أو معه ۞ واللام إن قدّمت ها ممتنعةIsyaroh lah dengan dza untuk jama’ secaara mutlaq, panjang itu lebih bagus, ketika jauh ucapkan dengan kaf harfi, tanpa lam atau dengan lam, lam itu dilarang jika kamu mendahulukan haوبهنا أو ههنا أشر إلى ۞ داني المكان وبه الكاف صلا في البعد أو بثمّ فه أو هنّا ۞ أو بهنالك انطقن أو هنّا isyarahlah dengan huna atau hahuna untuk tempat yang dekat, sambunglah kaf dengan huna atau hunaka ketika jauhatau ucapkan tsamma, atau hunna, atau ucapkan hunalika atau hinna Isim Mausul الموصول موصول الأسماء الذي الأنثى التي ۞ واليا إذا ما ثنّيا لا تثبتisim mausul adala alladzi , wanita adalah allati, dan jangan menetapkan ya’ jika keduanya di tasniyahkanبل ما تليه أوله العلامه ۞ والنّون إن تشدد فلا ملامهtetapi sandingkan alamat terjadap huruf yang mana ya’ menyandingi huruf tersebut, nun jika di tasydid maka tidak ada ejekanوالنّون من ذين وتين شدّدا ۞ أيضاوتعويض بذاك قصداnun ari lafadz dzaini tan taini itu di tasydid juga, sebagai gantian dari ya’ adalah ditujuجمع الذى الألى الذين مطلقا ۞ وبعضهم بالواو رفعا نطقاjama’nya alladzi adalah ula juga alladzina secara muthlaq rofa/nashob/jir sebagian orang arab mengucapkan dengan wawa ketika fofa’باللات واللاء التي قد جمعا ۞واللاء كالذين نزرا وقعاallti dijama’kan dengan allati dan alla’i, alla’i seperti alladzina secara jarangومن وما وأل تساوي ما ذكر۞ وهكذا ذو عند طيّئ شهرman, ma dan al itu sama dengan yang telah di sebut. begitu jua dzu menurut qobilah thoyyi’وكالتي أيضاً لديهم ذات ۞ وموضع اللاتي أتى ذواتallati bagi mereka itu dzatu, dzawatu datang di tempat allatiومثل ما ذا بعدما استفهام ۞ أومن إذا لم تلغ في الكلامseperti ma adalah dza yang setelah ma atau man istifham, jika berguna dalam kalamوكلها يلزم بعده صله ۞ على ضمير لائق مشتملهsemuanya wajib ada silah, yang mengandung dlomir yang cocokوجملة ّ أو شبهها الذي وصل ۞ به كمن عندي الذي ابنه كفلjumlah atau syibeh jumlah adalah yang dibuat silah, seperti man indi alladzi ibnuhu kufilوصفة ّ صريحة ّ صلة أل ۞ وكونها بمعرب الأفعال قلّsifat shorihah adalh silahnya al, silah al dengan fiil yang mu’rob it sedikitأيّ كما وأعربت ما لم تضف ۞ وصدر وصلها ضمير انحذفayyun itu seperti ma, dan di hukumi mu’rob selagi tidak di mdlofkan dan permulan silanya dlomir yang dibuangوبعضهم أعرب مطلقا وفي ۞ ذا الحذف أيّا غير أي يقتفي sebagain orang arab menhukumi mu’rob secara muthlaq, di pembuangan inu selain ayyun it mengikuti ayyunإن يستطل وصل وإن لم يستطل ۞ فالحذف نزروأبوا أن يختزل إن صلح الباقي لوصل مكمل ۞ والحذف عندهم كثير منجلي في عائد متصل إن انتصب ۞ بفعل أو وصف كمن نرجو يهب jika silah itu panjang,jika silah tidak panjang maka pembuangan itu jarang, orang arab tidak mau pembangan jika sisanya bisa untuk silah yang sempurna, pembuangn menurut arab itu banyak dan jelas dalam a’id yang sambng jika dinashobkan dengan fi’il atau sifat, seperti man narju yahabكذاك حذف ما بوصف خفضا ۞ كأنت قاض بعد أمر من قضىbegitu juga pembuangan dlomir yang di jerkan dengan sifat, seperti anta qodin yang setelah fi’il amar dari qodloكذا الذي جر بما الموصول جرّ ۞ كمرّ بالذي مررت فهو برّbegitu juga dlomir yang dijerkan dengan huruf jer yang mengejerkan isim mausul, seperti murro billadzi marartu fahuwa barr Isim yang di Ma'rifatkan dengan alat memakrifatkan المعرف بأداة التعريف أل حرف تعريف أو اللام فقط ۞ فنمط ّ عرّفت قل فيه النمطal adalah huruf yang memekrifatkan, atau lam saja, maka lafad namat yang kamu makrifatkan katakan An Namatوقد تزاد لازما كاللات ۞ والآن والذين ثمّ اللاتal terkadang ditambahkan secara wajib, seperti allati al ana alladzina lall allatiولاضطرارٍ كبنات الأوبر ۞ كذا وطبت النفس يا قيس السّرىdan karena dlorurot seperti banatil aubar, begitu juga tibta nafsa ya qoisu sariوبعض الأعلام عليه دخلا ۞ للمح ما قد كان عنه نقلاal masuk kepada sebagian nama untuk memandang makna, yang nama di pindah darinyaكالفضل والحارث والنّعمان ۞ فذكر ذا وحذفه سيّانseperti al fadlu al harisu an nu’manu. maka penyebutan ini dan pembuangan itu samaوقد يصير علما بالغلبه ۞ مضاف أو مصحوب أل كالعقبةmudlof atau lafadzyang bersama al itu terkadang jadi nama karena kebiasaan seperti aqobahوحذف أل ذي إن تناد أو تضف ۞ أوجب وفي غيرهما قد تحذفpembuangan al ini jika di jadikan munada atau di mdlofkan itu wajibkan, dan terkadang di buang di selain keduanya Mubtada' الابتداء مبتدأ زيد ّ وعاذر ّ خبر ۞ إن قلت زيد ّ عاذر ّ من اعتذرzaid itu mubtada’ dan adzir itu khobar jika kau mengucapkan zaidun adzirun man i’dadzara zaid memaafkan orang nyang minta maafوأوّل ّ مبتدأ والثاني ۞ فاعل ّ اغنى في أسار ٍ ذانyang pertama adalah mubtada’ yang keduan adalah fail yang mencukupi dalam contoh asarin dzaniوقس وكاستفهام النفي وقد ۞ يجوز نحو فائز ّ أولو الرّشدdan samakanlah, dan seperti istifham adalah nafi, dan terkadan diperbolehkan seperti contoh faizun ulur rosyadوالثاني مبتدا وذا الوصف خبر ۞ إن في سوى الإفراد طبقا استقرyang keduan adalah mubtada’ dan sifat ini khobar jika cocok diselain mufrod dalam penggunaanyaورفعوا مبتدأ بالابتدا ۞ كذاك رفع خبر بالمبتداulama’ merofakan muftada’ dengan amil ma’nawi ibtida’, begitu juga rofa’nya khobar dengan mubtada’والخبر الجزء المتمّ الفائدة ۞ كالله برّ والأيادي شاهدهkhobar adalah bagian yang menyempurankan fai’dah, seperti allah barr wa ayadi syahidah Allah itu bagus dan ni’mat-ni’mat itu sebagai saksiومفردا يأتي ويأتي جمله ۞ حاوية معنى الذي سيقت لهkhobar datang secara mufrod , dan datang secara jumlah yang mengandung maknanya mubtada’ yang jumlah untuknyagوإن تكن إيّاه معنى اكتفى ۞ بها كنطقي الله حسبي وكفىdan jika jumlah adalah mubtada, secara makna maka tercukupi dengan jumlah, seperti nutqi hasbi Allah ucapankau adalah Allah hasbi dan cukupوالمفرد الجامد فارغ وإن ۞ يشتقّ فهو ذو ضمير مستكنKhobar mufrod yang jamid itu sunyi dari dlomir, dan jika musytaq maka punya dlomir yang disimpanوأبرزنه مطلقا حيث تلا ۞ ما ليس معناه له محصّلاdan tampakkan secara mutlaq jika khobar jatuh setelah mubtada’ yang maknanya itu tidak dihasilkan untuk khobarوأخبروا بظرف ٍ أو بحرف جرّ ۞ ناوين معنى كائن ٍ أو استقرbuatlah khobar dengan dzorof atau huruf jer dengan mengira-ngirakan makan kain atau istaqorولا يكون اسم زمان خبرا ۞ عن جثة وإن يفد فأخبراisim zaman tidak menjadi khobar mubtadaz isim dzat, dan jika berfaidah maka buatla khobarولا يجوز الابتدا بالنّكرة ۞ ما لم تفد كعند زيد ٍ نمرةtidak boleh mubtada’ dari isim nakirah selagi tidak berfaidah , seperti inda zaidi namirah samping zaid ada macanوهل فتى ً فيكم فما حلّ لنا ۞ ورجل من الكرام عندناadakah pemuda di kalian, tidak adak kekasih bagi kami, seorang yang mulnya berada di kamiورغبة ّ في الخير خير ّ وعمل ۞ برّ ٍ يزين وليقس ما لم يقلsuka kebaikan itu baik, perbuatan bagus itu menghiasi, dan samakan yang ditak di ucapkanوالأصل في الأخبار أن تؤخرا ۞ وجوّزوا التقديم إذ لا ضرراyang asal dalam khobar itu hendaknya di akhirkan, dan ulam’ memperbolehkan mendahlukan jika tidak ada bahayaفامنعه حين يستوي الجزءان ۞ عرفا ونكرا عادمي بيانlaranglah pendahuuuluan khobar jika kedua baigan sama dalam ma’rifan dan nakirahnya, yang tidak ada keteranganكذا إذا ما الفعل كان الخبرا ۞ أو قصد استعماله منحصراbegitu juga jika fi’il itu khobar, atau penggunanya untuk meringkasأو كان مسندا لذي لام ابتدا ۞ أو لازم الصّدر كمن لي منجداatau di sandarkan pada lam ibtida; atau yang menetapi awal kalimat, sepert man li munjidaونحو عندي درهم ّ ولي وطر ۞ ملتزم ّ فيه تقدّم الخبرseperti contoh indi dirhamu li wathor, diwajibkan pedahuluan khobarكذا إذا عاد عليه مضمر ۞ مما به عنه مبينا يخبركذا إذا يستوجب التصديرا ۞ كأين من علمته نصيراوخبر المحصور قدّم أبدا ۞ كما لنا إلا اتباع أحمداdahulukan selamya khobar yang diringkas , seperti ma lana illa ittibau ahmadوحذف ما يعلم جائزّ كما ۞ تقول زيد ّ بعد من عندكماmwmbuang yang maklum itu boleh, sepeti kamu mengucapkan zaid setelah man indakumaوفي جواب كيف زيد ّ قل دنف ۞ فزيد ّ استغني عنه إذ عرفdan di jawaban kaifa zaidu bagaimana zaid ucapkan sedih, zaid tidak dibutuhkan karana sudah diketahuiوبعد لولا غالبا حذف الخبر ۞ حتم ّ وفي نصّ يمين ٍ ذا استقرbiasayan setelah laula pembuangan khobar itu wajib, dan dalam sumpah murni hukum ini tetapوبعد واو عيّنت مفهوم مع ۞ كمثل كلّ صانع ٍ وما صنعdan setelah wawu yamg bermakna ma’a, seperti kullu shoniin wa ma shona’ وقبل حال لا يكون خبرا ۞ عن الذي خبره قد أضمرا كضربي العبد مسيئا ً وأتم ۞ تبييني الحقّ منوطا ً بالحكموأخبروا باثنين أو بأكثرا ۞ عن واحد ٍ كهم سراة ّ شعراorang arab membuat khobar dua atau lebih dari satu mubtada’, seperti hum sarotun syuaro Kana Dan Saudara-saudaranya كان وأخواتها ترفع كان المبتدا اسما ً والخبر … تنصبه ككان سيدا ً عمرkana merofa’kan mubtada’ menjadi isim, dan menashobkan khobar , seperti kana sayyidan uman umar menjadi tuanككان ظلّ بات أضحى أصبحا أمسى وصار ليس زال برحا فتئ وانفكّ Dzolla, bata , adha, asbaha, amsa, shoro, laisa, zala, bariha, fati’a infakka itu seperti kanaوهذي الأربعة لشبه نفى أو لنفي متبعهempat ini itu jatuh setelah nafi atau serupa nafiومثل كان دام مسبوقا ً بما كأعط ما دمت مصيبا ً درهما ًdama sepert kana , seraya di dahulun ma, seperti ati ma dumta mushiban dirhama memberilah selama kau mendapat dirhamوغير ماض مثله قد عملا إن كان غير الماض منه استعملاselain madli itu beramal seperti madli jika selain madli itu digunakanوفي جميعها توسّط الخبر أجز perbolehkan menjadi tengah nya khobat di semuanyaوكلّ ّ سبقه دام حظرsemua ulama’ melarang pendahuluan khabar terhadap damaكذاك سبق خبر ما النافية فجيء بها متلوّة ً لا تاليةbegitu juga pendahuluan khobar terhadap ma nafiyah, maka datangkan ma yang di iringi buka yang mengiringiومنع سبق خبر ليس اصطفي pelarangn pendahuluan khobar terhadap laisa itu dipilihوذو تمام ما برفع يكتفيtam adalah yang cukup dengan rofa’وما سواه ناقص ّselain tam adalah naqisوالنقص في فتىء ليس زال دائما قفيnaqis di fati’a laisa zala itu di ikuti selamanyaولا يلي العامل معمول الخبر إلا إذا ظرفا أتى أو حرف جرّyang di amalkan khobar itu tidak jatuh setelah amil , kecuali datang berupa dzorof ata huruf jerومضمر الشان اسما ً انو ان وقع موهم ما استبان أنّه امتنعkira kira kan dlomir sya’n jika terjadi perkara yang seakan akan itu terlarang وقد تزاد كان في حشو كما كان أصحّ علم من تقدّماkana itu terkadang ditambahkan dipinggir, seperti kana ashohha ilma man taqoddama sungguh bgusnya ilmu orang terdahuluويحذفونها ويبقون الخبر وبعد إن ولو كثيرا ذا اشتهرorang arab membuan kana dan menetapkan khabar, pembuangan ini mashur setelah in dan lauوبعد أن تعويض ما عنها ارتكب كمثل أمّا أنت برّا فاقترب setelah an, penggantain ma dari kana itu terjadi, seperti amma anta barron faqtaib jika kamu bgus maka mendekatlahومن مضارع لكان منجزم تحذف نون وهو حذف ما التزمnun dibuang dari mudlori’nya kana yang jaze, pembuangan itu tidak diwajibkan Fasal Menerangkan ma , la, lata dan in yang diserupakan dengan laisa فصل في ما ولا ولات وإن المشبهات بليس إعمال ليس أعملت ما دون إن ۞ مع بقا النّفي وترتيب زكنAmalnya laisa di amalkan kepada ma, yang tanpa in , serta tetapnya nafi dan tertib yang diketahuiوسبق حرف جرّ ٍ أو ظرف ٍ كما ۞ بي أنت معنيّا ً أجاز العلماdahulunya huruf jer atau dzaraf seperti bi anta ma’niya itu ulama’ memperbolehkanورفع معطوفٍ بلكن أو ببل ۞ من بعد منصوبٍ بما الزم حيث حلwajibkan rofaknya kalimat yang di athofkan dengan lakin atau bal yang setelah kalimat yang dinashabkan dengan ma, dimanapun ما وليس جرّ البا الخبر ۞ وبعد لا ونفي كان قد يجرba’ mengejerkan khabar setelah ma dan laisa, dan ba’ terkadang mengejerka setelah la dan nafinya kanaفي النّكرات أعملت كليس لا ۞ وقد تلي لات وإن ذا العملاla di amalkan seperti laisa dalam isim-isim nakirah,وما للات في سوى حين عمل ۞ وحذف ذي الرّفع فشاو العكس قلtiada amal bagi lata di selain waktu. pembuangan rafak ini itu mashur dan kebalikanya itu sedikit Af'ala Muqorobah أفعال المقاربة ككان كاد وعسى لكن ندر غير مضارع لهذين خبرkada dan asa itu seperti kana, tetapi jarang bagi keduanya khabar selain mudlori’ وكونه بدون أن بعد عسى نزر وكاد الأمر فيه عكساkhabar tanpa an yang setelah asa itu jarang, perkara ini dalam kada itu terbalikوكعسى جرى ولكن جعلا خبرها حتما بأن متصلاhara itu seperti asa, tetapi khabarnya dijadikan sambung dengan an secara wajibوألزموا اخلولق أن مثل حرى ulama’ mewajibkan an terhdap ikhlaulaqo, seperti haraوبعد أوشك انتفا أن نزراtiadanya an setelah ausyaka itu langkaومثل كاد في الأصحّ كربا karoba itu seperti kada dlam pendapat yang paling benarوترك أن مع ذي الشروع وجبا كأنشأ السائق يحدو وطفق كذا جعلت وأخذت وعلقmeninggalkan an bersama af’alus syuru’ itu wajib, seperti ansya’a yahdzu thofiq, begitu jug jaaltu akhotu dan aliqواستعملوا مضارعا لأوشكا وكاد لا غير وزادوا موشكاorang arab menggunakan mudlori’nya ausyaka dan kada, tidak lainya, dan mereka menambagi musyikaبعد عسى اخلولق أوشك قد يرد غنى بأن يفعل عن ثان فقدsetelah asa , ikhlaulaqo, ausyaka terkadang terjadi membutuhkan an yafa’an , tidak butuh yang kedua yang hilangوجرّدن عسى أو ارفع مضمرا بها إذا اسمّ قبلها قد ذكرا sunyikan asa dari dlomir atau rafa’kan dlomir dengan asa jika isim telah disebut sebelum asaوالفتح والكسر أجز في السين من نحو عسيت وانتفا الفتح زكنperbolehkan fathah dan kasro di sin dari asaitu, terpilihhnya fatah itu diketahuin Inna dan saudara-saudaranya إن وأخواتها لانّ أنّ ليت لكنّ لعلّ ۞ كأنّ عكسّ ما لكان من عملkebalikan amal bagi kana itu untk inna anna laita lakinna laallah dan kaanaكإنّ زيدا ً عالمّ بأنّي ۞ كفءّ ولكنّ ابنه ذو ضعنsepeti inna zaida alimun bianni kufun wa lakinnahu dzu dziqhni sesungguhnya zaid dahu bahwasanyan sesungguhnya saya itu sama, tapi anaknya punya drengkiوراع ذا الترتيب إلا في الذي ۞ كليت فيها أو هنا غير البذيjagalah tertib ini kecuali dalam contoh laita fiha au huna ghoiro badzi tiada di rumah atau di sini kecuali orang yang jelekوهمز إنّ افتح لسدّ مصدر ۞ مسدّها وفي سوى ذاك اكسرfathahla hamzah inna karena menempatinya masdar pada tempat inna, dan di selain itu maka kasroh lahفاكسر في الابتدا وفي بدء صله ۞ وحيث إنّ ليمين ٍ مكملهmaka kasrohlah di permulaan kalam , dan di permulaan silah, dan sekira inna itu menyempurnakan sumpahأو حكيت بالقول أو حلّت محلّ ۞ حال كزرته وإنّي ذو أملatau diceritakn dengan qoul, atau menempati tempatnya hal, sepeti zurtuhu wa inni dzu amal aku menziarahinya dalam keaadaan sesengguhnya saya punya harapanوكسروا من بعد فعل علّقا ۞ باللام كاعلم إنّه لذو تقىorang arab menkasroh jika jatuh setelah fi’i yang dihubungkan dengan lam, seperti i’lam innuhu ladzu tuqo ketahuilah sesungguhnya dia punya ketakwaanبعد إذا فجاءةٍ أو قسم ۞ لا لام بعده بوجهين نميsetelah idza yang bermakna kaget, atau qosam yang tiada lam setelah qosam, itu punya dua wajahمع تلو فا الجزا وذا يطّرد ۞ في نحو خير القول إنّي أحمدserta setelah fa jaza, dan ini berlaku di contoh khoirul qoili inni ahmadusebaik ucapan itu saya memujiوبعد ذات الكسر تصحب الخبر ۞ لام ابتداءٍ نحو إنّي لوزرsetelah inna yang membunyai harakat hasroh, lam ibtida’ dapat bersama khobar. seperti inni lawazar sesunnguhnya saya berdosaولا يلي ذي اللام ما قد نفيا ۞ ولا من الأفعال ما كرضياlam ini tidak setelah kalam yang di nafi kan, dan tidak fiil-fiil yang seperti rodliyaوقد يليها مع قد كإنّ ذا لقد سما على العدا مستحوذاوتصحب الواسط معمول الخبر والفصل واسما ً حلّ قبله الخبرووصل ما بذي الحروف مبطل … إعمالها وقد يبقى العملوجائزّ رفعك معطوفا على … منصوب إنّ بعد أن تستكملاوألحقت بإنّ لكنّ وأن … من دون ليت ولعلّ وكأنّوخفّفت إنّ فقلّ العمل … وتلزم اللام إذا ما تمهلوربّما استغني عنها إن بدا … ما ناطقّ أراده معتمداوالفعل إن لم يك ناسخا فلا … تلفيه غالبا ً بإن ذي موصلاوإن تخفف أنّ فاسمها استكن والخبر اجعل جملة ً من بعد أنّjika inna di ringankan maka isimnya tersimpan, dan jadikan khobar sebgai jumlah yang setelah anوإن يكن فعلا ولم يكن دعا ولم يكن تصريفه ممتنعا فالأحسن الفصل بقد أو نفي أو تنفيس ٍ أو ولو قليل ّ ذكر لوjika khabarnya berupa jumlah fi’liyah dan tidak berupa doa , dan tasrinya tidak terlaran, maka yang lebih bagus itu dipisan dengan qod atau nafi atau tanfis atau lau, dan menyebut lau itu sedikitوخفّفت كأنّ أيضا فَنُوِي منصوبها وثابتا أيضا رويann juga di ringankan, maka dikira-kirakan manshubnya. dan juga diriwayatkan dalam keadaan tetap La yang untuk menfikan jenis لا التي لنفى الجنس عمل إنّ اجعل للا في نكره مفردة ً جاءتك أو مكرّرةjadikan amal inna pada la yang masuk dalam isim nakirah, secara mufrod atau di ulang ulangفانصب بها مضافا أو مضارعه وبعد ذاك الخبر اذكر رافعهmaka nashobkan mudlof atau yang menyerupai mudlof, setelah itu sebutlah khobar seraya merafa’kan ووكّب المفرد فاتحا كلا حول ولا قوّة susunlah mufrod seraya mabni fatah, seperti la haula wa la quwwataوالثان اجعلا مرفوعا أو منصوبا أو مركبا ًjadikan yang kedua fafa’ atau nashob atauوإن رفعت أوّلا ً لا تنصباومفردا ً نعتا ً لمبنيّ يلي … فافتح أو انصبن أو ارفع تعدلوغير ما يلي وغير المفرد … لا تبن وانصبه أو الرّفع اقصدوالعطف إن لم تتكرّر لا احكما … له بما للنّعت ذي الفصل انتمىوأعط لا مع همزة استفهام … ما تستحق دون الاستفهاموشاع في ذا الباب إسقاط الخبر إذا المراد مع سقوطه ظهرpembuangan khobar itu masyhur dalam bab ini, jika yang diharapkna ketika pembuangan khobar itu jelas Zhonna dan Sudara-saudaranya ظن وأخواتها انصب بفعل القلب جزأي ابتدا أعني رأى خال علمت وجدا ظنّ حسبت وزعمت مع عدّ حجا درى وجعل الذ كاعتقدوهب تعلّم والتي كصّيرا أيضا بها انصب مبتدأ ً وخبراnahobkan dua bagian mubtada’ dengan fiil hati, saya maksud roa khola alimu wajada, dzonna, hasibtu, zaamtu seta ada, haja , dara dan jaala yang seperti i’taqoda dan hab , taallam. yang seperti soyyaro juga nashobkan mubtada’ dan khobarوخصّ بالتعليق والإلغاء ما من قبل هب hususkan ta’liq dan ilgho’ terhadap fi’il yang sebelum hamوالأمر هب قد ألزما كذا تعلّم hab itu diwaibkan amr, begitu juga ta’allamولغير الماض من سواهما اجعل كلّ ما له زكن jadikan untuk selain madli yang selain dari keduanya, setiap perkara yang telah diketahui bagi selain madli tersebutوجوّز الإلغاء لا في الابتدا pebolehkan ilgho’, tidak di permulaan kalamوانو ضمير الشان أولام ابتدا في موهم إلغاء ما تقدّما kira-kirakan dlomir sya’n atau lam ibtida’ di persangkaan ilgho’nya sesuatu yang dahuluوالتزم التعليق قبل نفي ما وإن ولا لام ابتداء أو قسم كذا والاستفهام ذا له انحتم A'lam dan Ara أعلم وأرى لى ثلاثة ٍ رأى وعلما عدوّا إذا صار أرى وأعلماorang arab memutadikan ro’a dan alima pada tiga maful, jika menjadi aro dan a’lamaوما لمفعولي علمت مطلقا للثان والثالث أيضا حققاhukum bagi keduan mafulnya alimtu secara mutlaq itu juga di nyatakan untuk yang keduan dan ketiga dari maful aro dan a’lamaوإن تعديّا لواحد بلا همز فلاثنين به توصّلاjika keduanya mutaadi pada satu maful dengan tanpa hamzah, maka sunnguh sambunglah pada dua maful dengan hamzah والثان منهما كثاني اثني كسا فهو به في كلّ حكم ذو ائتساmaful yang keduan dari keduanya itu seperti maful keduanya kasa, maka yang kedua kepada keduanya kasa di setiap hukum itu mengikuti وكأرى السابق نبّا أخبرا حدّث أنبأ كذاك خبّراًseperti aro yang dahulu adalah nabba’a, akhbaro, haddasa, anba’a, begitu juga khobbaro Fail الفاعل الفاعل الذي كمرفوعي أتى … زيدّ منيرا وجهه نعم الفتىfail adalah yang seperti dua marfu’yna ata zaidu muniran wajhuhu ni’mal fataوبعد فعل فاعل فإن ظهر … فهو وإلا فضمير ّ استترsetelah fiil adalah fail, jika dzohir maka itulah, dan jika tidak dzohir maka berupa dzomir mustatirوجرّد الفعل إذا ما أسندا … لاثنين أو جمع ٍ كفاز الشّهداsunyikan fiil jika di sandarkan kepada dua atau jama’ seperti faza as syuhadaوقد يقال سعدا وسعدوا … والفعل للظاهر بعد مسندdan terkadang dikatakan saidaa dan saiduu sedangkan fiil itu disandarkan pada fail dzohir setelahnyaويرفع الفاعل فعل أضمرا … كمثل زيد ّ في جواب من قراterkadang fiil yang disimpan merafakan fail, seperti zaid dalam jawab man qara siapa yang membacaوتاء تأنيث تلي الماضي إذا … كان لأنثى كأبت هند الأذىوإنما تلزم فعل مضمر … متصل ٍ أو مفهم ٍ ذات حروقد يبيح الفصل ترك التاء في … نحو أتى القاضي بنت الواقفوالحذف مع فصل ٍ بإلا فضّلا … كما زكا إلا فتاة ابن العلاوالحذف قد ياتي بلا فصل ٍ ومع … ضمير ذي المجاز في شعر ٍ وقعوالتاء مع جمع ٍ سوى السالم من … مذكّر كالتاء مع إحدى اللبنوالحذف في نعم الفتاة استحسنوا … لأن قصد الجنس فيه بيّنوالأصل في الفاعل أن يتصلا … والأصل في المفعول أن ينفصلاوقد يجاء بخلاف الأصل … وقد يجى المفعول قبل الفعلوأخّر المفعول إن لبس حذر … أو أضمر الفاعل غير منحصروما بإلاّ أو بإنما انحصر … أخّر وقد يسبق إن قصدٍ ظهروشاع نحو خاف ربّه عمر … وشذّ نحو زان نوره الشّجر Naibul Fail نائب الفاعل ينوب مفعول ّبه عن فاعل … فيما له كنيل خير نائلفأوّل الفعل اضممن والمتصل … بالآخر اكسر في مضيّ ٍ كوصلواجعله من مضارع ٍ منفتحا … كينتحي المقول فيه ينتحىوالثاني التالي تاالمطاوعة … كالأول اجعله بلا منازعهوثالث الذي بهمز الوصل … كالأول اجعلنّه كاستحلىواكسر أو اشمم فاثلاثيّ ٍ أعلّ … عينا ً وضمّ جاكبوع فاحتملوإن بشكل ٍ خيف لبسّ يجتنب … وما لباع قد يرى لنحو حبّوما لفا باع لما العين تلي … في اختار وانقاد وشبهٍ ينجليوقابلّ من ظرفٍ أو من مصدر … أو حرف جرٍّ بنيابة ٍ حريولا ينوب بعض هذي إن وجد … في اللفظ مفعولّ به وقد يردوباتفاق ٍ قد ينوب الثان من … باب كسا فيما التباسه أمنفي باب ظنّ وأرى المنع اشتهر … ولا أرى منعا ًإذا القصد ظهروما سوى النائب ممّا علّقا … بالرّافع النّصب له محققا Sibuknya amil meniggalkan ma'mul اشتغال العامل عن المعمول إن مضمر إسم ٍ سابق ٍ فعلا ً شغل … عنه بنصبٍ لفظه أو المحلّفالسّابق انصبه بفعل ٍ أضمرا … حتما ً موافق ٍ لما قد أظهراوالنّصب حتمّ إن تلا السّابق ما … يختصّ بالفعل كإن وحيثماوإن تلا السّابق ما بالابتدا … يختصّ فالرفع التزمه أبداًكذا إذا الفعل تلا ما لم يرد … ما قبل معمولا ً لما بعد وجدواختير نصب ّ قبل فعل ٍ ذي طلب … وبعد ما إيلاؤه الفعل غلبوبعد عاطف ٍ بلا فصل ٍ على … معمول ٍ فعل ٍ مستقرٍّ أوّلاوإن تلا المعطوف فعلا ً مخبرا … به عن اسم ٍ فاعطفن مخيّرا ًوالرّفع في غير الذي مرّ رجح … فما أبيح افعل ودع ما لم يبحوفصل مشغول ٍ بحرف جرّ … أو بإضافة ٍ كوصل ٍ يجريوسوّ في ذا الباب وصفا ً ذا عمل … بالفعل إن لم يك مانعّ حصلوعلقهّ حاصلةّ بتابع … كعلقةٍ بنفس الإسم الواقع Muta'addinya fi'il dan lazimnya تَعَدِّي الْفِعْلِ وَلُزُومُهُ Tanda Fi’il Muta’addi adalah kamu dapat menyambungnya dengan ha dhamir selain yg merujuk pada Masdar. seperti contoh بِهِ مَفْعُولَهُ إِنْ لَمْ يَنُبْ عَنْ فَاعِلٍ نَحْوُ تَدَبَّرْتُ الْكُتُبْMaka nashobkan dengan Fi’il Muta’addi ini terhadap Maf’ulnya, jika ia lagi tidak menggantikan Fa’il tidak menjadi Naibul Fa’il, seperti contoh tadabbartu al غَيْرُ الْمُعَدَّى وَحُتِمْ لُزُومُ أَفْعَالِ الْسَّجَايَا كَنَهِمْFiil lazim ialah fi’il abg selain mutaaddi . dan di fi’il-fi’il yang menunjukkan watak itu pasti افْعَلَلَّ والْمُضَاهِي اقْعَنْسَسَا وَمَا اقْتَضَى نَظَافَةً أَوْ دَنَسَاDemikian juga fi’il yang mengikuti wazan if’alalla, dan yang serupa dalam wazannya dengan iq’ansasakk, dan fi’i; yang menunjukan kebersihan dan عَرَضَاً أَوْ طَاوَعَ الْمُعَدَّى لِوَاحِدٍ كَمَدَّهُ فَامْتَدَّاatau fi’il yang menunjukkan makna aradh, atau bentuk muthawaah daru fi’il muta’addi kepada satu maf’ul, seperti lafadz maddahu lalu menjadi لاَزِمَاً بِحَرْفِ جَرِّ وَإِنْ حُذِفْ فَالْنَّصْبُ لِلْمُنْجَرِّنَقْلاً وَفِي أَنَّ وَأَنْ يَطَّرِدُ مَعْ أَمْن لَبْسٍ كَعَجِبْتُ أَنْ يَدُواوَالأَصْلُ سَبْقُ فَاعِلٍ مَعْنًى كَمَنْ مِنْ أَلْبِسُنْ مَنْ زَارَكُمْ نَسْجَ الْيَمَنْوَيَلْزَمُ الأَصْلُ لِمُوجِبٍ عَرَا وَتَرْكُ ذَاكَ الأَصْلِ حَتْمَاً قَدْ يُرَىوَحَذْفَ فَضْلَةٍ أَجِزْ إِنْ لَمْ يَضِرّ كَحَذْفِ مَا سِيْقَ جَوَابَاً أَوْ حُصِرْوَيُحْذَفُ الْنَّاصِبُهَا إِنْ عُلِمَا وَقَدْ يَكُوْنُ حَذْفُهُ مُلْتَزَمَا Berubut dalam Amal التَنَازُعْ فِي العَمَلِ إِنْ عَامِلاَنِ اقْتَضَيَا فِي اسْم ٍ عَمَل … قَبْلُ فللواحد منهما العملapabila dua amil beramal pada suatu isim sebelumnya, maka amal hanya berlaku untuk salah أولى عند أهل البصره … واختار عكسا ً غيرهم ذا أسرهyang kedua itu lebih utama menurut ulama’ bashrah, dan selain mereka memilih المهمل في ضمير ما … تنازعاه والتزم ما التزماdan amalkanlah fifil yang muham terhadap dhomir isim yang keduanya dipersengketakan , serta tetapkanlah apa yang ditetepkan oleh keduanyaكيحسنان ويسيء ابناكا … وقد بغى واعتديا عبداكاseperti yuhsinani wa yusiiu ibnaka keduan anakmu berbuat baik dan sekaligus berbuat burukdan contoh qod bagho wa’tadaya abdaka keduan hamba sahayamu telah berbuat kelewat batas dan berbuat maksiatوَلاَ تَجِيءْ مَعْ أَوَّلٍ قَدْ أُهْمِلاَ بِمُضْمَرٍ لِغَيْرِ رَفْعٍ أُوْهِلاَdan janganlah mendatangkan dhomir bagi amil pertama yang dimuhmalkan, bila dhomir itu selain yang berkedudukan rofa’بَلْ حَذْفَهُ الزَمْ إِنْ يَكَنْ غَيْرَ خَبَرْ وَأَخِّرَنْهُ إِنْ يَكُنْ هُوَ الخَبَرakan tetapi tetapkanlah pembuanganya apabila dhomir tersebut bukan khobar pada asalnya, dan akhirkanlah apabial dhomir itu khobar pada asalnyaوَأظْهِرِ انْ يَكُنْ ضَمِيرٌ خَبَرَا لِغَيْرِ مَا يُطَابِقُ المُفَسِّرَاdan tampakkanlah maful apabila berupa dhomir yang menurut asalna berpa khobar bagi lafaz yan sesuai denga mufassirنَحْوُ أَظُنُّ وَيَظُنَّانِي أَخًا زَيْداً وَعَمْراً أَخَوَيْنِ فِي الرَّخَاseperti dalam contoh “azhunnu wa yazhinnaniakhin zaida wa amron akhowaini fir-rokha”. Maf'ul Muthlaq المَفْعُولُ المُطْلَق المصدر اسم ما سوى الزمّان من … مدلولي الفعل كأمن ٍ من أمنMasdar Ialah isim yang selain makna zaman di antara kedua madlulnya fiil seperti lafaz amnin sebagai masdar dai aminaبمثله أو فعل ٍ أو وصف ٍ نصب Dengan amil yang semisal denganya atau dena fi’il atau dengan sifat, masdar dapat di أصلا ً لهذين انتخبوكونه أصلا ً لهذين انتخبMasdar sebagai asal dari keduanya fi’il dan sifat merupakan pendapat yang dipilihتوكيدا ً او نوعا ً يبين أو عدد كسرت سيرتين سير ذي رشدMasdar menjelaskan makna mengokohkan, atau jenis , atau bilangan, seperti sirtu sairotain sairo di rosyad aku telah berjalan sebanyak dua kali seperti jalanya orang yang mempunyai petunjukوقد ينوب عنه ما عليه دلّ … كجدّ كلّ الجدّ وافرح الجذلDan adakalanya mashdar itu diganti oleh sesuatu yang mnunjukkan keberadaanya seperti jidda kulla jiddi wafrohil jadalوما لتوكيدٍ فوحّد ابدا … وثنّ واجمع غيره وأفرداMaful muthlaq yang untuk taukird mufrodkanlah selamanya, selain mufrad tasniakan, jama’kan dan mufrodkanوحذف عامل المؤكّد امتنع … وفي سواه لدليل ٍ متّسعmembung amilnya masdar yang mentaukiti itu dilarang, dan selain yang mentaukidi karena suatu dalil itu dilapangkan والحذف حتمّ مع آت بدلا … من فعله كَنْدلا ً اللَّذْكَانْدُلاَpembuangan itu wajib beserta masdar yang datang menjadi gantian dari fi’ilnya seperti nadlan yang seperti undulوما لتفصيل ٍ كإمّا منّا … عامله يحذف حيث عنّاmasdar yang untuk merincu seperti contoh imma mnna itu amilnya dibuang sekira nampakكذا مكرّرّ وذز حصر ورد … نائب فعل ٍ لاسم عين ٍ استندbegitu juga yang diulang ulang yang yang meringkas yang menjadi gantian dari fi’il juga disandarka kepada isim ainومنه ما يدعونه مؤكّدا … لنفسه أو غيره di antara masdar itu masdar yang ulama’ nahwu menamai dengan muakkid linafsihi atau lighoirihiفالمبتدا نحو له علىّ ألف عرفا … والثان كابني أنت حقا صرفاyang pertama seperti lahu alayya alfun urfan, yang kedua seperti ibni anta haqqon sirfaكذاك ذو التشبيه بعد جمله … كلي بكا ً بكاء ذات عضلهbegitu juga masdar yang menyerupakan yang setelah jumlah seperti li bukan buka’a dzati udlah saya punya tangisan seperti tangisan perempunay yang mempunyai anggota Maf'ul Lah - المعفعول له يُنْصَبُ مَفْعُولاً لَهُ المَصْدَر إن ۞ أبان تعليلا كجد شكرا ودنmasdar di nashobkan dengan menjadi maful lah jika menjelaskan alasan, seperti jud syukran wadin, dermawanlah karena syukur dan وهو بما يعمل فيه متّحذ ۞ وقتا وفاعلا، وإن شرط فقدفاجرره بالحرف، وليس يمتنع ۞ مع الشروط كلزهد ذا قنعmasdar itu harus tunggal dengan amil yang beramal kepadanya dalam hal waktu dan pelaku, jika syarat di tiadakan maka jerkan dengan huruf, dan pengejeran tidak terlarang beserta terpenuhinya syarat-syarat, seperti li zuhdin dza qoni’ orang ini menerima karena zuhudوقلّ أن يصحبها المجرّد ۞ والعكس في مصحوب ال وأنشدوالا أقعد الجبن عن الهيجاء ۞ ولو توالت زمر الأعداءkalimat yang tanpa al dan idlofah itu jarang di masuki huruf jer, dan kebalikanya di kalimat yang bersama al, dan mereka melagukan la aqudul jubna anil haijai walau tawalat zumaral a’dai saya tidak duduk karena takut dari medan perang walau kelompok musuh saling berganti. Maful Fih yaitu yang dinamakan Dzaraf - المفعول فيه وهو المسمى ظرفا الظرف وقت أو مكان ضمّنا ۞ في باطّراد ٍ كهنا امكث أزمناdzaraf adalah waktu atau tempat yang menyipan makna fi dengan berlaku, seperti huna imkust azmuna menetaplah di sisi beberapa waktuفانصبه بالواقع فيه مظهرا ۞ كان وإلا فانوه مقدّراnashabkan dzaraf dengan amil yang ada di situ, yang terlihat, dan jika tidak terlihat maka kira-kira kan lahوكلّ وقت قابل ذاك وما ۞ يقبله المكان إلا مبهمانحو الجهات والمقادير وما ۞ صيغ من الفعل كمرمى من رمىdan setiap zaman itu menerima dzaraf, dan makan tidak menerima dzaraf kecuali yang mubham seperti arah dan ukuran dan isim yang di bentuk dari fiil seperti marma dari ramaوشرط كون ذا مقيسا ً أن يقع ۞ ظرفا لما في أصله معه اجتمعsyarat berlakunya ini, itu harus menjadi dzaraf untuk asalnya yang berkumpul bersamanya وما يرى ظرفا وغير ظرف ۞ فذاك ذو تصرّف ٍ في العرفkalimat yang terlihat dzaraf dan selain dzaraf maka kalimat tersebut itu mutasorrif dalam istilah ahli nahwuوغير ذي التصرّف الذي لزم ۞ ظرفيّة أو شبهها من الكلمselain mutasorrif adalah kalimat yang menetapi dzaraf atau serupa dzarafوقد ينوب عن مكان ٍ مصدر ۞ وذاك في ظرف الزمان يكثرmasdar terkadang mengganti dzaraf makan, penggantian tersebut dalam dzaraf makan itu banyak Maful Maah - المفعول معه ينصب تالي الواو مفعولا معه ۞ في نحو سيري والطريق مسرعهkalimat yang setelah wawu itu di nashobkan menjadi maful maah di contoh siri wat thoriqoh musriah jalan lah bersama jalan dengan cepatبما من الفعل وشبهه سبق ذا ۞ النّصب لا بالواو في القول الأحقpenashaban ini itu dngan fiil atau syibeh fiil, tidak degan wawu menurut pendapat yang terbenarوبعد ما استفهام ٍ او كيف نصب*** بفعل كون ٍ مضمر ٍ بعض العربsetelah ma istifham atau kaifa sebgain orang arab menashobkan dengan fiilnya masdar kaun yang tersimpanوالعطف إن يمكن بلا ضعف ٍ أحق ۞ والنّصب مختار ّ لدى ضعف النّسقathaf jika munkin tanpa lebmah itu lebih berhak, nashob dipilih ketika lemahnya atahf naskوالنّصب إن لم يجز العطف يحب*** أو أعتقد إضمار عامل ٍ تصبnashab itu wajib jika athof tidak boleh, atau itakadkan tersimpanya amil maka kau benar Istisna' - الاستثناء ما استثنيت إلا مع تمام ينتصب ۞ وبعد نفي أو كنفي أنتخبإتباع ما اتصل وانصب ما انقطع ۞وعن تميم فيه إبدالّ وقعkalimat yang dikecualikan illa di kalam tam mujab itu dibaca nashob, dan setelah tam nafi atau serupa nafi itu di pilih itba’nya muttasil, dan nashobkanlah kalam yang munqoti’ dan dari kabilah tamim terjadi ibdalوغير نصب سابق ٍ في النفي قد ۞ يأتي ولكن نصبه اختر إن وردselain nashobnya mustasna yang dahulu di kalam nafi itu terkadang terjadi, tetapi nashobnya itu pilihlah jika terjadiوإن يفرغ سابق إلا لما ۞ بعد يكن كما لو إلا عدماjika amil yang mendahului illa diamalkan kepada isim setelah illa maka seperti jika illa ditiadakanوألغ إلا ذات توكيدٍ كلا ۞ تمرر بهم إلا الفتى إلا العلاdan hilangkan amal illa yang untuk taukid seperti la tamrur bihum illal fata illal ala jangan bertemu mereka kecuali pemuda kecuali alaوإن تكرّر لا لتوكيدٍ فمع ۞ تفريغ التأثير بالعامل دعفي واحدٍ ممّا بإلا استثني ۞ وليس عن نصب سواه مغنيjika illa di ulang tidak untuk taukid jika istisna’ mufarrogh maka biarkan pengamalan amil pada satu yang di istisna’kan dengan illa, dan yang lain di baca nashobودون تفريغ ٍ مع التقدم ۞ نصب الجميع احكم به والتزم selain istisna’ mufarrogh dan mustasna didahuluan maka hukumilah dengan penashoban semuanya dan wajibkan وانصب لتأخيرٍ ، وجيء بواحد ۞ منها كما لو كان دون زائدكلم يفوا إلا امرؤ ّ إلا علي ۞ وحكمها في القصد حكم الأوّلnashobkan karena diakhirkan, dan datangkan salah satu dari mustasna-mustasna seperti jika tanpa tambahan, seperti lam yafu illa imruun illa ali. dan hukum mustasta-mustasna tentang tujuanya itu seperti hukum mustasna yang مجرورا بغير معربا ۞ بما لمستثنىً بألا نسباistisna’kan isim yang dibaca jer dengan ghoiru dalam keadaan di i’rabi dengan i’rab yang di nisbatkan kepada mustasna dengan illa ولسوىً سوىً سواءٍ اجعلا ۞ على الأصحّ ما لغير جعلاjadikanlah i’rab yang dijadikan untuk ghoiru untuk suwan, sawan dan sawaan menurut pendapat ashohواستثن ناصبا بليس وخلا ۞ وبعدا وبيكون بعد لاistisna’kan serayan menashabkan dengan laisa, khala, ada dan yakunu yang setelah laواجرر بسابقي يكون إن ترد ۞ وبعد ما انصب وانجرارّ قد يردjerkan dengan dua kalimat yang mendahului yakunu khala dan ada , dan jer kan setelah ma, dan dibaca jer terkadang terjadiوحيث جرّا فهما حرفان ۞ كما هما إن نصبا فعلانsekira jer maka keduanya itu huruf , seperti halnya jika keduaanya menashobkan itu fiilوكخلا حاشا ولا تصحب ما ۞ وقيل حاش وحشا فاحفظهماdan hasya itu sepeti khala, tetapi tidak bersama ma, dan diupakan hasya dan hasya maka hafalkan keduanya Hal - الحال الحال وصفّ فضلة ّ منتصب ۞ مفهم في حال كفردا ً أذهبHal adalah sifat lebihan yang terbaca nashab yang menjelasakan keaadaan seperti fardan adzhabu saya pergi sendirinaوكونه منتقلا ً مشتقا ً ۞ يغلب لكن ليس مستحقا ًhal dalam keadan muntaqil dan musytaq itu umum tapi tidak wajibويكثر الجمود في سعر وفي ۞ مبدي تأوّل ٍ بلا تكلّفكبعه مدّا بكذا يدا ً بيد ۞ وكرّ زيدّ أسدا ً أي كأسدdan jamid banyak dalam harga dan dalam perkara yang menjelaskan ta’wil tanpa terpaksa sepeti bi’hu mudda bi kadza juallah satu mud deng harga segini yadan biyad dengan chas karro zaidu asadan zaid menyerang seperti macanوالحال إن عرّف لفظا ً فاعتقد ۞ تنكيره معنىً كوحدك اجتهدhal jika dimakrifatkan dalam segi lafadz maka i’tikadkan nakirahnya dalam segi makna seperti wahdaka ijtahid bersungguh-sungguhlah dalam keadan sendiriومصدرّ منكرّ حالا ً يقع ۞ بكثرة ٍ كبغتة ٍ زيدّ طلعmasdar yang di nakirahkan itu banyak menjadi hal seperti baghtatan zaidun thola’ zaid telah datang secara tiba-tibaولم ينكّر غالبا ً ذو الحال إن ۞ لم يتأخر أو يخصّص أي يبنمن بعد نفي او مضاهيه كلا ۞ يبغ امرؤ على امرىءٍ مستسهلاshohibul hal biasanya tidak dinakirahkan jika tidak diakhirkan atau tidak di khususkan atau tidak jatuh setelah nafi ata yang menyerupai nafi seperti la yabghi imru’un ala imriin mustashila seoatng tidak boleh mendurhakai orang lain dala keadaan meringankanوسبق حال ما بحرف جرّ قد ۞ أبوا ولا أمنعه فقد وردpara ulama’ menolak pendahuluan hal terhadap shahibul hal yang di jer kan dengan huruf , tapi saya tidak melarang , karena adaولا تجز حالا ً من المضاف له ۞ إلا إذا اقتضى المضاف عمهأو كان جزء ماله أضيفا ۞ أو مثل جزئه فلا تحيفاjangan perbolehkan hal dari mudlof ilaih kecuali jika mudlof menuntut amal mudlof ilaih, atau mudlof itu bagian mudlof ilaih, atas seperti إن ينصب بفعل ٍ صرّفا ۞ أو صفة ٍ أشبهت المصرّفافجائز ّ تقديمه كمسرعا ۞ ذا راحلّ ومخلصا زيد دعاHal jika di nashoban dengan fiil yang mutsoffir atau sifat yang menyerupai fiil mutasharrif maka boleh mendahulukan hal seperti musrian dza rohilun orng ini berangkat secara cepat dan mukhlishon zaidun da’a zaid berdoan secara ikhlasوعامل ّ ضمّن معنى الفعل لا ۞ حروفه مؤخرا لن يعملاكتلك ليت وكأنّ وندر ۞ نحو سعيد ّ مستقرّا ً في هجرAmil yang mengandung makna fiil bukan hurufnya itu tidak beramal dalam keadaan di akhirkan, seperti laita dan ka’anna. dan langka contoh sa’idun mustaqirron fi hajar said itu di hajar dalam keadaan menetapونحو زيد مفردا أنفع من ۞ عمرو معانا مستجاز لن يهنContoh zaidun mufradan anfa’u min amrin mu’anan zaid dalam keadaan sendiri itu lebih bermenfaan dari pada amar dalam keadaan dibantu itu diperbolehkan, tidak lemahوالحال قد يجيء ذا تعدّد ۞ لمفردٍ فاعلم وغير مفردوعامل الحال بها قد أكّدا ۞ في نحو لا تعث في الأرض مفسدا وإن تؤكد جملة ً فمضمر ۞ عاملها ولفظها يؤخّروموضع الحال تجيء جمله ۞ كجاء زيد ّ وهو ناو ٍ رحلهوذات بدءٍ بمضارع ٍ ثبت ۞ حوت ضميرا ً ومن الواو خلتوذات واو بعدها انو مبتدا ۞ له المضارع اجعلنّ مسنداوجملة الحال سوى ما قدّما ۞ بواو ٍ او بمضمر ٍ أو بهماوالحال قد يحذف ما فيها عمل ۞ وبعض ما يحذف ذكره حظل Tamyiz - التمييز إسم ّ بمعنى من مبين ّ نكره*** ينصب تمييزا ً بما قد فسّرهكشبرٍ ارضا ً وقفيزٍ برّا ً*** ومنوين عسلا ً وتمراوبعد ذي وشبهها إذا*** أضفتها كمدّ حنطة ٍ غذاوالنّصب بعد ما أضيف وجبا*** إن كان مثل ملء الأرض ذهباوالفعال المعنى انصبن بأفعلا*** مفضّلا ً كأنت أعلى منزلاوبعد كلّ ما اقتضى تعجّبا*** ميّز كأكرم بأبي بكر ٍ أباواجرر بمن إن شئت غير ذي العدد*** والفاعل المعنى كطب نفسا تفدوعامل التمييز قدّم مطلقا*** والفعل ذو التصريف نزرا سبقا Huruf Jer - حروف الجرّ هاك حروف الجرّ وهي من إلى*** حتى خلا حاشا عدا في عن علىمذ ربّ اللام كي واو ّ وتا*** والكاف والواو وربّ والتاواخصص بمذ ومنذ وقتا ً وبربّ*** منكّرا والتاء لله وربّوما رووا من نحو ربّه فتى*** نزر ّ كذا كها ونحوه أتىبعّض وبيّن وابتدئ في الأمكنة*** بمن وقد تأتي لبدء الأزمنةوزيد في نفي وشبهه فجر*** نكرة ً كما لباغ ٍ من مفرللآنتها حتى ولام ّ الى*** ومن وباء ّ يفهمان بدلاواللام للملك وشبهه وفي*** تعدية ٍ أيضا وتعليل ٍ قفيوزيد والظرفيّة استبن ببا*** وفي وقد يبيّنان السّببابالبا استعن وعدّ عوّض ألصق*** ومثل مع ومن وعن بها انطلقعلى للاستعلا ومعنى في وعن*** بعن تجاوزا ً عنى بها انطقعلى للاستعلا ومعنى في وعن***بعن تجاوزا ً عنى من قد فطنوقد تجى موضع بعد ٍ وعلى*** كما على موضع عن قد جعلاشبّه بكاف ٍ وبها التعليل قد*** يعنى وزائدا لتوكيدٍ وردواستعمل اسما ً وكذا عن وعلى*** من أجل ذا عليهما من دخلاومذ ومنذ اسمان حيث رفعا*** أو أوليا الفعل كجئت مذ دعاوإن يجرّا في مضيٍّ فكمن*** هما وفي الحضور معنى في استبنوبعد من وعن وباءٍ زيد ما*** فلم يعق عن عملٍ قد علماوزيد بعد رُبٍّ والكاف فكفّ*** وقد يليهما وجرّّّ لم يكفوحذفت رُبّ لدى*** حذف ٍ وبعضه يرى مطرّدا Idhofa - الإضافة نونا ً تلي الإعراب أو تنوينا*** مما تضيف احذف كطور سيناnun yang setelah irab atau tanwin dari kalimat yang di idlofahkan itu buanglah, seperti Tursinaوالثاني اجرر وانو من أو في إذا*** لم يصلح إلا ذاك، واللام خذاyang kedua jerkan dan kira kirakan min atau fi jika tidak berhak kecuali nun dan mim. Dan ambillah lamلما سوى ذينك، واخصص أوّلا*** أو أعطه التعريف بالذي تلاuntuk selain keduanya. Dan khususkan yang pertama, atau berilah kemakrifatan dengan kalimat yang setelahnyaوإن يشابه المضاف يفعل*** وصفا ً فعن تنكيره لا يعزلjika mudlof menyerupai yafalu, yang berupa sifat, maka tidak terpisah dari kemakrifatanyaكربّ راجينا عظيم الأمل*** مروّع القلب قليل الحيلseperti contoh banyak yang mengharapkan kita, agung harapannya, takut hatinya, dikir tipu muslihatnyaوذي الإضافة اسمها لفظية*** وتلك محضة ّ ومعنويّةidlofah ini namanya idlofah lafdziyah, dan yang itu adalah mahdoh dan maknawiyahووصل أل بذا المضاف مغتفر*** إن وُصلت بالثاني كالجعد الشعرmenyambung alif lam dengan mudlof ini itu di ampuni, jika disambung dengan yang kedua, seperti keriting rambutأو بالذي له أضيف الثاني*** كزيد ُ الضاربُ رأسِ الجانيatau dengan lafaz yang mana yang kedua di mudlofkan kepadanya, seperti Zaid adalah yang memukul kepala orang yang melukaiوكونها في الوصف كاف ٍ إن وقع*** مثنّىً أو جمعا ً سبيله اتبعalif lam di sifat itu cukup jika berbentuk tasniyah atau jama yang mengikuti aturannyaوربّما أكسب ثان ٍ أولا*** تأنيثا ً ان كان الحذف موهلاdan terkadang yang kedua itu mempengaruhi kemuannasan yang pertama, jika bisa di buangولا يضاف اسمّ لما به اتحد*** معنى وأوّل موهما ً إذا وردdan isim tidak boleh di mudlofkan kepada yang tunggal secara makna, dan takwillah jika terjadiوبعض الأسماء يضاف أبدا*** وبعض ذا قد يأت لفظا ً مفرداsebagian isim di mudlofkan selamanya dan sebagian ini terkadang datang secara mufradوبعض ما يضاف حتما امتنع*** إيلاؤه اسما ً ظاهرا ً حيث وقعdan sebagian isim yang wajib di mudlofkan itu tidak boleh mengiringi isim zohirكوحد لبّى ودوالي سعديْ*** وشذ ّ إيلاء يديْ للبّىseperti wahdai, labbai, dawalai, sadai. dan jarang pengiringan yaday terhadap labbayوألزموا إضافة ً الى الجمل*** حيث وإذ، وإن ينوّن يحتملdan ulama mewajibkan idlofah haisu dan idz pada jumlah, dan jika idz di tanwin maka diperbolehkanإفراد إذ، وما كإذ معنىً كإذا*** أضف جوازا ً نحو حين جا نبذmufradnya idz. Dan isim yang seperti idz secara makna maka mudlofkan secara boleh, seperti ketika ia datang maka ia di buangوابن أو أعرب ما كإذ قد أجريا*** واختر بنا متلوّ فعل ٍ بنياdan mabni-kan atau irab-kan isim yang di berlakukan seperti idz. dan pilihlah mabninya isim yang setelah fiil yang di mabnikanوقبل فعل ٍ معرب أو مبتدا*** أعرب ومن بنى فلن يفنّداوألزموا إذا إضافة ً الى*** جمل الافعال كهن إذا اعتلىلمفهم اثنين معرّف ٍ بلا*** تفرّق ٍ أضيف كلتا وكلاولا تضف لمفردٍ معرّف ٍ*** أيّا وإن كرّرتها فأضفاوتنوِ الأجزا واخصص بالمعرفة*** موصولة ً أيّا ً وبالعكس الصّفهوإن تكن شرطا ً او استفهاما*** فمطلقا ً كمّل بها الكلاماوالزموا إضافة ً لدن فجرّ*** ونصبُ غدوة ٍ بهما عنهم ندرومع مع فيها قليل ّ ونقل*** فتح ّ وكسرّ لسكون ٍ يتصلواضمم بناءً غيرا ً ان عدمت ما*** له أضيف ناوياً ما عدماقبلُ كغيرُ بعدُ حسبُ أوّلُ*** ودونُ والجهاتُ أيضاً وعلُّوأعربوا نصباً إذا ما نكّرا*** قبلا ً وما من بعده قد ذكراوما يلي المضاف يأتي خلفا*** عنه في الاعراب إذا ما حذفاورّبّما جرّوا الذي أبقوْا كما*** قد كان قبل حذف ما تقدّمالكن بشرط أن يكون ما حُذفْ*** مماثلا ً لما عليه قد عُطفويُحذفُ الثاني فيبقى الأوّل*** كحاله إذا به يتصلّبشرط عطفٍ وإضافةٍ إلى*** مثل الذي له أضفت الأوّلافصل مضافٍ شبه فعل ٍ ما نصب*** مفعولا ً أو ظرفا ً أجز ولم يعبفصل يمين ٍ واضطرارا وجدا*** بأجنبيٍّ أو بنعتٍ أو ندا Taukid - التَّوْكِيد بِالنَّفْسِ أَوْ بِالْعَينِ الاسْمُ أُكِّدَا ۞ مَعَ ضَمِيرٍ طَابَقَ المُؤَكَّدَاIsim itu dapat diberi taukid dengan nafsu atau ain beserta dlomir yang mencocoki muakkad isim yang diberi taukidوَاجْمَعْهُمَا بِأَفْعُلٍ إن تَبِعَا ۞ مَا لَيْسَ وَاحِدًا تَكُنْ مُتَّبَعَاJamakkan keduanya dengan wazan aful jika keduanya mengikuti muakkan yang tidak mufrad, maka kamu akan menjadi orang yang diikutiوَكُلاًّ اذْكُر فِي الشُّمُولِ وَكِلَا ۞ كِلْتَا جَمِيعًا بِالضَّمِيرِ مُوصَلاًDalam makna syumul menyeluruh sebutlah kulla, kila, kilta dan jami’. Seraya disambung dengan dlomirوَاسْتَعْمَلُوا أَيْضًا كَكُلٍّ فَاعِلَة ۞ مِنْ عَمَّ فِي التَّوْكِيدِ مثْلَ النَّافِلَةOrang arab juga menggunakan wazan failatun dari lafaz amma seperti kullu dalam mentaukidi seperti nafilahوَبَعْدَ كُلٍّ أَكَّدُوا بِأَجْمَعَا ۞ جَمْعَاءَ أَجْمَعِينَ ثُمَّ جُمَعَاOrang arab membuat taukid setelah kullun dengan ajmaa jamaa ajmaina dan jumaaوَدُونَ كُلٍّ قَدْ يَجِىءُ أَجْمَعُ ۞ جَمْعَاءُ أَجْمَعُونَ ثُمَّ جُمَعُAjmau jamahu ajmaun lalu jumau terkadan ada tanpa kullinوَإنْ يُفِدْ تَوْكِيدُ مَنْكُورٍ قُبِل ۞ وَعَنْ نُحَاةِ البَصْرَةِ الْمَنْعُ شَمِلJika mentaukidi isim nakirah itu berfaidah maka diterima, dan pelarangan itu mencakupوَاغَنَ بِكِلْتَا فِي مُثَنًّى وَكِلَا ۞ عَنْ وَزْنِ فَعْلَاءَ وَوَزْنِ أَفْعَلَاDalam isim tasniyah cukuplah dengan kilta dan kila, tanpa wajan fala dan wazan af’alaوَإنْ تُؤَكِّدِ الضَّمِيرَ المُتَّصِل ۞ بِالنَّفْسِ وَالْعَيْنِ فَبَعْدَ المُنْفَصِلJika kamu mentaukidi dlomir muttasi dengan nafs dan ain, maka setelah munfasilعَنَيتُ ذَا الرَّفْعِ وَأَكَّدُوا بِمَا ۞ سِوَاهُمَا وَالقَيْدُ لَنْ يُلْتَزَمَاSaya makdud yang rafa’. Dan orang arab mentaukidi dengan selain nafs dan ain, dan batasan itu tidak mengikat Athof - العطف العَطْفُ إِمّا ذُو بَيَانٍ أَوْ نَسَق ۞ وَالغَرَضُ الآنَ بَيَانُ مَا سَبَقAthof itu adakalahnya bayan atau nasaq. Tujuan sekarang itu menerangkan yang dahauluفَذُو البَيَانِ تَابِعٌ شِبْهُ الصِّفَه ۞ حَقِيقَةُ القَصْدِ بِهِ مُنْكَشِفَهAtahof bayan adalah tabi’ yang menerupai sifat, yang hakikat tujuan itu terungkap denganyaفَأَوْلِيَنْهٌ مِنْ وِفَاقِ الأَوَّلِ ۞ مَا مِنْ وِفَاقِ الأَوَّلِ النَّعْتُ وَلِيBerikan athof bayan kecocokan yang pertama seperti kecocokan yang awan yang naat perolehفَقَدْ يَكُوْنَانِ مُنَكَّرَيْنِ ۞ كَمَا يَكُونَانِ مُعَرَّفَيْنِMaka terkadang keduanya itu nakirah, samap halnya keduanya itu makrifatوَصَالِحًا لِبَدَلِيَّةٍ يُرَى ۞ فِي غَيْرِ نَحْوِ يَا غُلَامُ يَعْمُرَاAthof bayan itu terlihat bisa untuk badal selain contoh ya ghulam yamuraوَنَحْوِ بِشْرٍ تَابِعِ البَكْرِيِّ ۞ وَلَيْسَ أَنْ يُبْدَلَ بِالْمَرْضِيّDan seperti bisyri pengikut bakri, menjadi badal itu tidak di ridoi Irob Fiil - إعراب الفعل ارْفَعْ مُضَارِعًا إِذَا يُجَرَّدُ ۞ مِنْ نَاصِبٍ وَجَازِمٍ كَتَسْعَدُRafakkan fiil mudlori jika dibebaskan dari yang menashobkan dan yang menjazemkan, seperti lafaz tas’aduوَبِلَنِ انْصِبْهُ وَكَيْ، كَذَا بِأَنْ ۞ لَا بَعْدَ عِلْمٍ وَالَّتِي مِنْ بَعْدِ ظَنْNashobkan fiil mudlori dengan lan dan kai, begitu juga dengan an, tidak setelah pengetahuan. Dan yang setelah prasangkaفَانْصِبْ بهَا، وَالرَّفْعَ صَحِّحْ، وَاعْتَقِدْ ۞ تَخْفِيفَهَا مِنْ أَنَّ، فَهْوَ مُطَّرِدْMaka nasahobkan, dan benarkan rofa’, dan yakinilah keringanan an dari anna, dan itu berlakuوَبَعْضُهُمْ أَهْمَلَ أَنْ حَمْلاً عَلَى ۞ مَا أُخْتِهَا حَيْثُ اسْتَحَقّتْ عَمَلاَDan sebagian orang arab membuang amalnya an, karena untuk menyamakan dengan ma, yaitu saudara an, sekira an berhak beramalوَنَصَبُوا بِإِذَنِ المُسْتَقْبَلَا ۞ إنْ صُدِّرَتْ وَالْفِعْلُ بَعْدُ مُوصَلَاOrang arab menashobkan fiil mustaqbal dengan Idzan, jika dibuat permulaan, dan fiil setelahnya itu disambungأَوْ قَبْلَهُ الْيَمِينُ، وَانْصِبْ وَارْفَعَا ۞ إِذَا إِذَنْ مِنْ بَعْدِ عَطْفٍ وَقَعَاAtau sebelum Idzan adalah sumpah. Dan jika Idzan jatuh setelah athof maka nashobkan dan rafakkanوَبَيْنَ لاَ وَلاَم جَرٍّ الْتُزِمْ ۞ إظْهَارُ أَنْ نَاصِبَةً. وَإنْ عُدِمْWajibkan an seraya menashbkan di antara la dan lam jer. Dan jika tidak adaلاَ فَأَنَ اعْمِلْ مُظْهَراً أَوْ مُضْمَرا ۞ وَبَعْدَ نَفْىِ كَانَ حَتْماً أُضْمِرَاLa, maka amalkan an seraya didzhohirkan atau disimpan. Dan wajib disimpan setela nafinya kanaكَذَاكَ بَعْدَ “أَوْ” إذَا يَصْلُحُ فِي ۞ مَوْضِعِهَا “حَتَّى” أَوِ “الاَّ ” أنْ خَفِىBegitu juga setelah au jika hatta atau illa layak diposisi au, an itu samarوَبَعْدَ حَتَّى هكَذَا إضْمَارُ أَنْ ۞ حَتْمٌ، كَـ “جُدْ حَتَّى تَسُرَّ ذَا حَزَنْ”Penyimpanan an setelah hatta itu wajib seperti yang tersebutوَتِلْوَ حَتَّى حَالاً اوْ مُؤَوَّلاَ ۞ بِهِ ارْفَعَنَّ، وَانْصِبِ الْمُسْتَقْبَلاَRafakkan dengan hatta kalimat yang setelah hatta dalam keadaan hal atau yang ditakwil hal, dan nashabkan yang mustaqbalوَبَعْدَ فَا جَوَابِ نَفْىٍ أَوْ طَلَبْ ۞ مَحْضَيْنِ أَنْ وَسَتْرُهَا حَتْمٌ ، نَصَبْDan setelah fa jawab jafi atau tholab yang murni keduanya An itu menashobkan, dan penyimpanannya wajibوَالْوَاوُ كَالْفَا، إنْ ُتِفْد مَفْهُومَ مَعْ ۞ كَلاَ تَكُنْ جَلْداً وَتُظْهِرَ الْجَزَعْWawu itu seperti fa jika memberi faidah pemahaan ma’a, seperti la takun jildan wa tudzhiral jazaوَبَعْدَ غَيْرِ النَّفْىِ جَزْماً اعْتَمِدْ ۞ إِنْ تَسْقُطِ الْفَا وَالجَزَاءُ قَدْ قُصِدْPegangilah jazem setelah selain nafi, jika fa gugur dan jawab itu ditujuوَشَرْطُ جَزمٍ بَعْدَ نَهْىٍ أَنْ تَضَعْ ۞ إنْ قَبْلَ لاَ دُونَ تَخَالُفٍ يَقَعْDan syarat jazem setelah nahi itu, kamu dapat meletakkan in sebelum la tanpa perbedaan yang terjadiوَالأمْرُ إِنْ كَانَ بِغَيْرِ افْعَلْ فَلاَ ۞ تَنْصِبْ جَوَابَهُ، وَجَزْمَهُ اقْبَلاَAmar jika memakai selain ifal maka jangan menashobkan jawabnya, dan terimalah jazemnyaوَالْفِعْلُ بَعْدَ الْفَاءِ فى الرَّجَا نُصِبْ ۞ كَنَصْبِ مَا إِلَى التَّمَنِّى يَنْتَسِبْوَإنْ عَلَى اسْمٍ خَالِصٍ فِعْلٌ عُطِفْ ۞ تَنْصِبُهُ “أنْ ” ثَابِتاً ، أوْ مُنْحَذِفْوَشَذَّ حَذْفُ “أَنْ” وَنَصْبٌ ، فِي سِوَى ۞ مَا مَرَّ، فَاقْبَلْ مِنْهُ مَا عَدْلٌ رَوَى Fasal tentang lau - فصل لو لَوْ حَرْفُ شَرْطٍ فِي مُضِيٍّ وَيَقِلّ ۞ إِيلاؤُهَا مُستقبَلًا لكنْ قُبِلْLau itu huruf syarat di zaman madli, dan pengiringan lau terhadap zaman mustaqbal itu sedikit, tapi diterimaوَهِيَ في الاخْتصاصِ بالفعْلِ كإِنْ ۞ لَكِنَّ لوْ أَنَّ بِهَا قَدْ تَقْتَرِنْLau dalam kekhususannya dengan fiil itu seperti in, tetapi lau, Anna itu terkadang bersama diaوإنْ مُضارِعٌ تَلاها صُرِفَا ۞ إلى الْمُضِيِّ نحوُ لوْ يَفِي كَفَىJika mudlorik mengiringi lau , maka di belokkan ke madli, seperti lau kafi kafa Bilangan - العدد ثلاثة ً بالتاء قل للعشره ۞ في عدِّ ما احادُهُ مذكّرهKatakan tsalatsah dengan Ta’ sampai Asyaroh dalam hitungan yang satuannya itu mudzakarفي الضِّدِّ جرِّد والمميز اجرر ۞ جمعاً بلفظ قلة ٍ في الأكثرDalam perlawanan muzakar kosongkan, dan bacalah jer lafadz yang menjelaskan, dengan lafaz jamak qillah, dalam kebiasaannyaوَأَحَدَ اذْكُرْ وَصِلَنْهُ بِعَشَرْ ۞ مُرَكَّباً قَاصِدَ مَعْدُودٍ ذَكَرْDan sebutlah Ahada, dan sambunglah dengan Asyar seraya menyusun untuk ma’dud terbilang yang muzakarوَقُلْ لَدَى التَّأْنِيثِ إِحْدَى عَشْرَهْ ۞ وَالشَّينُ فِيهَا عَنْ تمَِيـمٍ كَسْرَهْDan ucapkan Ihda Asyaroh ketika mua’annas, dan syin dalam lafaz asyara itu dikasrah menurut kabilah Tamimوَمَعَ غَـيْرِ أَحَـدٍ وَإِحْـدَى ۞ مَا مَعْهُمَا فَعَلْتَ فَافْعَلْ قَصْـدَاDan di selain Ahada dan Ihda lalukan sesuatu yang kamu lakukan di keduanyaوَلِثَـلاَثَـةٍ وَتِسْــعَةٍ وَمَـا ۞ بَيْنَهُمَا إِنْ رُكِّبَا مَـا قُدَّمَـاKeterangan yang telah dahulu itu milik tsalasah dan tis’ah dan bilangan yang di antara keduanya jika disusunوأول عشرة اثنتي وعشرا۞ إثني إذا أثنى تشا أو ذكراDan sandingkan isnatay dengan Asyaroh. Dan sandingkan isnai dengan Asyaroh jika kamu menghendaki perempuan atau laki-lakiواليا لغير الرّفع وارفع بالألف۞ والفتح في جزأي سواهما ألفYa’ itu untuk selain rafa’. Dan rafa’kan dengan alif. Dan Fatha di bagian selain keduanya itu dibiasakanوميّز العشرين للتسعينا ۞ بواحدٍ كأربعين حيناDan buatlah tamyiz bilangan isyrin sampai tis’in dengan lafaz mufrad. Seperti Arbain hinaوميّزوا مركّباً بمثل ما ۞ مُيِّز عشرون فسوّينهماDan orang arab membuat tamyiz adat murakab dengan seperti hukum yang isyruna itu di buat tamyiz. Maka samakanlah keduanyaوإن أضيف عدد ّ مركّبّ ۞ يبق البنا وعجز ّ قد يُعرَبُJika adad murakab itu di mudlofkan maka tetap mabni. Dan yang belakang terkadang di i’robiوصغ من اثنين فما فوق الى ۞ عشرة ٍ كفاعل ٍ من فعلاواختمه في التأنيث بالتا ومتى ۞ ذكّرت فاذكر فاعلا ً بغير تاوإن تُرِد بعض الذي منه بُنِي ۞ تضف إليه مثل بعض ٍ بيّنوإن أردت مثل ثاني اثنين ۞ مركّباً فجئ بتركيبينأو فاعلا ً بحالتيه أضف ۞ الى مركّبٍ بما تنوي يفيوشاع الاستعنا بحادي عشرا ۞ ونحوه وقبل عشرين اذكراوبابه الفاعل من لفظ العدد ۞ بحالتيه قبل واو ٍ يُعتمد Ibdal - الإبدال أحرف الابدال هدأت موطيا … فأبدل الهمزة من واو وياآخرا أثر ألف زيد، وفي … فاعل ما أعل عينا ذا اقتفىHuruf ibdal adalah ha’ dal hamzah, ta, mim, wawu, tho’, ya’. gantilalah wawu dan ya’ yang berada di akhir jatuh seelah alif dan tambahandan di wazan fail selama mu’tal ain ini juga mengikutiكذاك ثاني لينين اكتنفا … مد مفاعل كجمع نيفاdi ganti hamzah juga kedua huruf lain, yang mengepung huruf mad wazan mafail , seperti jamaknya lafadz nayyifun Penutup - خاتمة وما بجمعهِ عُنِيتُ قد كمل ۞ نظماً على جُلَّ المهمّات اشتملDan sesuatu yang saya kesulitan untuk mengumpulkanya itu telah sempurna, berupa sebuah nadzam yang mengandung mayoritas perkara pentingأحصى من الكافية الخلاصة ۞ كما اقتضى غنىً بلا خصاصهYang saya mengambil ringkasan dari kitab al-kafiyah, seperti halnya ia menuntut kecukupan tanpa kekuranganفأحمد الله مصلياً على ۞ محمَّدٍ خير نبيٍّ أُرسلاLalu aku memuji Allah seraya berselawat kepada Muhammad, sebaik nabi yang diutusوآله الغرَّ الكرام البررة ۞ وصحبه المنتخبين الخيرةDan keluarga beliau yang mulia dan bagus, dan sahabat beliau yang terpilih yang baik Peletalfiyah kata kata cinta dalam kitab imriti bait alfiyah tentang nikah bait alfiyah tentang pemuda bait alfiyah tentang jodoh bait alfiyah tentang santri nadhom cinta imriti bet alfiah tentang cinta. Kata kata islam yang memberi semangat hidup kehidupan yang dilengkapi dengan kata para tokoh terkenal dalam bahasa inggris untuk status facebook. Jakarta, NU Online Intelektual Nahdlatul Ulama NU Gus Ulil Abshar Abdalla menjelaskan etika santri dengan mengutip bait-bait yang terdapat dalam Alfiyah Ibnu Malik. Sebuah kitab yang mempelajari tentang tata bahasa arab sebanyak 1000 bait yang diajarkan di seluruh pondok pesantren tradisional di Indonesia, bahkan di seluruh dunia. “Saya ingin menjelaskan etika santri dan semangat kesantrian sebagaimana saya pahami di dalam pesantren tradisional, yaitu pesantren NU di mana saya tumbuh di sana. Etika santri di bisa digambarkan di dalam bait-bait awal Alfiyah Ibnu Malik,” terang Gus Ulil saat ditemui NU Online di kediamannya, di Jatibening, Pondokgede, Bekasi, pada Jumat 22/10/2021 bertepatan dengan Hari Santri. Ia lantas membacakan beberapa bait awal di dalam Kitab Alfiyah Ibnu Malik yang dibuka dengan bait berikut ini قَالَ مُحَمَّدٌ هُوَ ٱبْنُ مَالِكِ أَحْمَدُ رَبَّي اللهَ خَيْرَ مَالِكِ مُصَلِّيًا عَلَى الرَّسُوْلِ الْمُصْطَفَى وَ آلِهِ المُسْتَكْمِلِيْنَ الشَّرَفَا وَ أَسْتَعِيْنُ اللهَ فِيْ أَلْفِيَّهْ مَقَاصِدُ النَّحْوِ بِهَا مَحْوِيَّهْ Bait paling terakhir, Gus Ulil menjelaskan bahwa Imam Ibnu Malik sebelum mengarang kitab alfiyah terlebih dulu meminta pertolongan kepada Allah. Menurutnya, inilah etika dalam tradisi kesantrian. “Setiap tindakan itu dimulai dengan niat yaitu semua kita sadari asal usul kita dari Allah. Kesuksesan pekerjaan kita, tidak bisa terjadi tanpa pertolongan Allah,” terang santri KH Sahal Mahfudh di Pesantren Mathali’ul Falah, Kajen, Pati, Jawa Tengah itu. Ia menegaskan, Allah memang menciptakan kemampuan ke dalam diri manusia untuk bekerja, bertindak, dan melakukan sesuatu. Namun para santri selalu menyadari bahwa sumber kekuatan yang dimiliki bersumber dari Allah. “Karena itu, bait di dalam kitab alfiyah ini melambangkan etika santri. Para santri ketika memulai pekerjaan itu harus menyadari bahwa sumber kekuatan dari Allah. Tidak semata-mata kita. Manusia punya kekuatan, tetapi sumber kekuatan paling utama dari Allah,” tegas menantu Mustasyar PBNU KH Ahmad Mustofa Bisri itu. Selanjutnya, Gus Ulil menjelaskan etika santri yang kedua yakni menjadi penyampai pesan-pesan yang diajarkan Nabi Muhammad kepada publik dengan cara yang sederhana. Ia kemudian mengutip bait Alfiyah Ibnu Malik berikutnya. تُقَرِّبُ الْأَقْصَى بِلَفْظٍ مُوْجَزِ “Karena kita punya tugas untuk menyampaikan pesan-pesan ini maka kita harus menguasai cara untuk menyampaikan pesan secara efektif dan efisien sehingga orang paham. Bait ini artinya Alfiyah bisa mendekatkan pembahasan-pembahasan rumit dalam tata bahasa arab yaitu nahwu, bi lafdzin mujazi, dengan redaksi yang sederhana,” jelas Gus Ulil. Ia menegaskan santri harus mampu menyederhanakan masalah yang rumit, bukan justru merumitkan hal-hal yang sederhana. Dengan kata lain, santri wajib bisa menyampaikan pesan-pesan kepada masyarakat awam dengan formula, redaksi, dan ungkapan yang sederhana. “Ciri khas ulama Islam itu mereka bisa berada pada dua level sekaligus. Mereka bisa mengarang kitab yang rumit tetapi juga bisa berbicara kepada orang awam,” terangnya. Hal ini tentu sangat berbanding terbalik dengan para sarjana modern. Menurut Gus Ulil, sarjana modern pada umumnya kurang terampil berbicara dengan orang biasa atau masyarakat awam. Bahkan sarjana modern justru terampil dengan kerumitan, tetapi tidak terampil dengan kesederhanaan. “Nah etika yang diajarkan dalam kitab alfiyah ini adalah tuqarribul aqsa bi lafdzin mujazi, bisa mendekatkan sesuatu yang rumit dengan ungkapan dan redaksi dan keterangan yang sederhana sehingga orang paham. Karena Kanjeng Nabi begitu, punya keistimewaan mampu menyederhanakan perkara yang rumit,” pungkasnya. Pewarta Aru Lego Triono Editor Fathoni Ahmad

Katakata mutiara tentang gitar dalam bahasa inggris adalah informasi penting disertai dengan foto dan gambar hd yang bersumber dari semua situs web di dunia. Langsung saja simak ulasannya tentang kata mutiara hati paling menyentuh dan bikin baper telah dirangkum berbagai sumber. Source: nusagates.com

Ibnu Malik menulis 7 bait ini sebagai pembuka Alfiyahnya yang fenomenal. Pembukaan ini meliputi pujian untuk Allah ﷻ, sholawat kepada Rasulullah ﷺ, dan di dalam bait ini beliau juga memohon pertolongan kepada Allah ﷻ dalam penulisan Alfiyah ini. a. قَالَ مُحَمَّدٌ هُوَ ٱبْنُ مَالِكِ Bait ini menjelaskan nama dan nasab penulis. Beliau adalah Abu Abdillah Muhammad bin Abdillah bin Malik Al-Jayyani. Beliau merupakan salah seorang imam di bidang Bahasa Arab. Beliau lahir pada tahun 598 H di Jayyan, salah satu kawasan di Andalus pada masa itu. Beliau kemudian berpindah ke Damaskus dan meninggal di sana pada tahun 672 H. Beliau menyandarkan nama beliau kepada kakeknya bukan ayahnya yang bernama Abdullah, sehingga beliau terkenal dengan sebutan Ibnu Malik. b. أَحْمَدُ رَبَّي اللهَ خَيْرَ مَالِكِ Di bait ini beliau memuji Allahﷻ dengan segala kesempurnaan sifat-Nya disertai dengan kecintaan dan pengagungan-Nya. c. مُصَلِّيًا عَلَى الرَّسُوْلِ الْمُصْطَفَى وَ آلِهِ المُسْتَكْمِلِيْنَ الشَّرَفَا Lafaz مُصَلِّيًا di sini berkedudukan sebagai hal muqoddaroh. Hal muqoddaroh adalah hal yang dimaksudkan untuk menjelaskan keadaan setelah terjadinya fi’il, bukan pada saat fi’il terjadi. Karena sholawat kepada Rasulullah ﷺ tidak terjadi bersamaan dengan pujian kepada Allah ﷻ, namun harus diletakkan setelahnya. Lafaz الرَّسُوْلِ yang ada di sini adalah yang tersebut di syarah Ibnun Nazhim anak dari Ibnu Malik dan syarah Al-Makudi. Sementara di syarah dan cetakan yang lain disebutkan menggunakan lafaz النَّبِيِّ. d. وَ أَسْتَعِيْنُ اللهَ فِيْ أَلْفِيَّهْ Di bait ini beliau memohon pertolongan kepada Allah ﷻ dalam penulisan Alfiyah ini. Huruf فِيْ yang ada di sini memiliki makna عَلَى karena fi’il استعان – يستعين itu muta’addi dengan huruf عَلَى. Maksud kata alfiyyah di sini adalah jumlah bait yang ada di tulisan beliau, yang terdiri dari kurang lebih 1000 bait. e. مَقَاصِدُ النَّحْوِ بِهَا مَحْوِيَّهْ Beliau menyebutkan bait ini supaya para penuntut ilmu memberikan perhatian yang lebih kepada ilmu ini dan juga berusaha untuk menghafal dan memahami bait-bait ini. Bait-bait yang ada di dalam Alfiyyah ini berfungsi untuk mengumpulkan ilmu-ilmu nahwu di dalamnya. f. تُقَرِّبُ الْأَقْصَى بِلَفْظٍ مُوْجَزِ Bait ini bermaksud untuk menjelaskan bahwa Alfiyah beliau ditulis untuk menjelaskan makna yang sulit dan permasalahan yang masih samar dalam ilmu nahwu. Perkataan لَفْظٍ مُوْجَزِ yaitu lafaz yang memiliki huruf/kata yang sedikit namun memiliki makna yang luas. g. وَ تَبْسُطُ الْبَذْلَ بِوَعْدٍ مُنْجَزِ Bait ini menjelaskan bahwa Alfiyah dapat membuat penuntut ilmu memahami Bahasa Arab dengan cepat sebagaimana janji yang segera ditepati. h. وَ تَقْتَضِيْ رِضًا بِغَيْرِ سُخْطِ Melalui bait ini, Ibnu Malik meminta keridhoan dari para pembacanya dan tidak mengharap adanya keberatan-keberatan yang ada dari para pembaca. i. فَائِقَةً أَلْفِيَّةَ ٱبْنِ مُعْطِي Ibnu Mu’thi yang dimaksud di sini adalah Abul Hasan Yahya bin Abdil Mu’thi. Beliau adalah penulis alfiyah yang juga berisi ilmu dalam Bahasa Arab. Beliau lahir pada tahun 564 H dan meninggal pada tahun 628 H. Ibnu Malik dan Ibnu Mu’thi sama-sama membuat syair mengenai kaidah Bahasa Arab, namun alfiyah mereka memiliki beberapa perbedaan Alfiyah Ibnu Malik hanya memiliki satu pola bahar pembahasan lebih lanjut ada dalam ilmu arudh/syi’ir yaitu bahar rojaz, namun Alfiyah Ibnu Mu’thi memiliki dua pola yaitu bahar rojaz dan bahar sari’. Alfiyah Ibnu Malik memiliki lebih banyak pembahasan ilmu nahwu. Alfiyah Ibnu Mu’thi banyak mengandung ayat Al-Qur’an dan syahid-syahid syair. Meskipun demikian, Ibnu Mu’thi-lah yang lebih dahulu memiliki ide untuk membuat 1000 bait syair yang membahas tentang ilmu nahwu. Ibnu Malik kemudian mengikuti jejak beliau dalam hal ini. Semoga Allah ﷻ senantiasa merahmati mereka berdua. j. وَهْوَ بِسَبْقٍ حَائِزٌ تَفْضِيْلَا مُسْتَوْجِبٌ ثَنَائِيَ الْجَمِيْلَا Di bait ini, Ibnu Malik menunjukkan keutamaan Ibnu Mu’thi karena beliau lahir terlebih dahulu dan juga lebih dahulu membuat alfiyah mengenai ilmu nahwu. Ibnu Malik mengambil manfaat dari Alfiyah Ibnu Mu’thi dan juga mengikuti jejak beliau dalam membuat alfiyah. Di sini Ibnu Malik mengisyaratkan keutamaan ulama mutaqaddimin dibandingkan ulama muta’akhkhirin. Ulama yang terdahulu berhak mendapatkan pujian dan doa dari ulama yang ada setelahnya. k. وَ اللهُ يَقْضِيْ بِهَبَاتٍ وَافِرَهْ لِيْ وَ لَهُ فِيْ دَرَجَاتِ الْآخِرَهْ Yang dimaksud dengan هِبَاتٍ وَافِرَهْ di sini adalah kenikmatan yang sempurna. Di akhir muqoddimahnya, Ibnu Malik menuliskan doa untuk beliau dan juga Ibnu Mu’thi. Kalaulah doa itu ditujukan untuk seluruh kaum muslimin tentu itu akan lebih baik. Namun beliau mendahulukan doa untuk diri sendiri sebagaimana hadits shahih yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, dari sahabat Ubay bin Ka’ab radhiyallaahu anhu bahwa ketika Rasulullah ﷺ menyebutkan mengenai seseorang dan berdoa untuk orang tersebut, beliau memulainya dengan doa untuk dirinya sendiri. Referensi Dalilus Salik karya Dr. Abdullah Al-Fauzan Alfiyah Ibnu Malik tahqiq Syaikh Abdurrohman bin Auf Kuni Alfiyah Ibnu Malik tahqiq Syaikh Abdul Muhsin Al-Qasim yang digunakan untuk gambar
. 442 302 265 455 217 199 302 57

bait alfiyah tentang pemuda